Televisi telah menjadi bagian hidup dari sebagian besar masyarakat Indonesia. Banyak masyarakat yang rela menghabiskan waktu berjam-jam hanya untuk menonton televisi. Namun, tidak banyak yang sadar bahwa televisi juga akan memberi dampak yang buruk apabila kita tidak cerdas menontonnya. Hal itulah yang mendasari Program Studi Ilmu Komunikasi (IK) UMY mengadakan Gerakan Literasi Media selama dua minggu di berbagai daerah di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Filosa Gita Sukmono, Dosen IK UMY yang juga merupakaan koordinator kegiatan media literasi, mengatakan bahwa Gerakan Literasi Media ini juga merupakan bagian dari Tri Dharma IK UMY dalam hal pengabdian kepada masyarakat.

Masyarakat harus cerdas dalam menanggapi perkembangan televisi. “Masyarakat masih melihat televisi sebagai media hiburan. Belum melihat televisi sebagai sebuah kotak yang juga memiliki efek-efek lain,” ujar Filosa saat ditemui di jurusan IK UMY, Selasa (31/12). Menurutnya juga masyarakat harus bisa membatasi waktu menonton televisi dan memahami dampak-dampak negatif akibat menonton televisi secara berlebihan.

Selain itu, Filosa menyebutkan bahwa efek negatif televisi bisa dilihat pada perilaku kekerasan, budaya hedonisme, budaya konsumerisme dan hilangnya identitas bangsa yang murni di masyarakat. “Hal tersebut bisa diminimalisir dengan hal sederhana seperti diet televisi. Masyarakat seharusnya bisa mengurangi waktu menonton hingga 2-3 jam dan mengalihkan dengan kegiatan positif lainnya,” ujarnya. Selain itu, masyarakat harus bisa memilah tayangan yang baik dan memberikan manfaat bagi mereka, tidak hanya melihat dari sisi hiburannya. Pendidikan literasi media juga penting dibentuk dari tingkat yang terkecil yaitu keluarga.

Filosa menambahkan bahwa kegiatan ini diharapkan akan berkelanjutan sehingga masyarakat bisa benar-benar melek media. Adapun Gerakan Literasi Media ini diikuti oleh mahasiswa IK UMY 2012 dan seluruh dosen IK UMY. Sehingga diharapkan mahasiswa dan dosen bisa menerima manfaat dan belajar dari Gerakan Literasi Media ini.

Di sisi lain, tim Gerakan Literasi Media IK UMY menemukan fakta bahwa rata-rata waktu masyarakat menonton televisi adalah sekitar delapan jam. Namun sayangnya, mereka menganggap waktu menonton tersebut merupakan waktu menonton yang wajar. Masalah lain ditemukan pada anak-anak di Dusun Jeblok, Tirtonimolo, Kasihan, Bantul, Muhammad Abdul Qadar mahasiswa IK UMY yang bergabung dalam Gerakan Literasi Media menyatakan bahwa banyak anak-anak di dusun tersebut yang menonton tayangan yang tidak sesuai dengan umurnya. “Anak-anak tersebut mengaku menonton tayangan yang tidak sesuai dengan usianya karena tidak ada pilihan lain. Disinilah, peran orang tua sangat penting dalam hal literasi media,” ungkapnya.

Sementara itu di tempat media literasi lainnya, para remaja kebanyakan menerima tayangan televisi tanpa disaring terlebih dahulu. “Kebanyakan mereka para siswa SMAN 1 Sedayu Bantul menganggap misalnya makna cantik itu adalah kulit putih, tinggi, berambut panjang dari iklan-iklan yang mereka lihat di televisi,” ungkap Utari Dewi, mahasiswa IK UMY yang melakukan literasi media di SMA N 1 Sedayu Bantul. Sehingga mereka menuruti konstruksi makna yang dibentuk oleh media yang berujung pada ketidakpercayaan diri apabila tidak mencapai konstruksi cantik tersebut. (Asri)

Sumber : www.umy.ac.id

IK UMY Adakan Gerakan Literasi Media Se-DIY

You May Also Like

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *