Di Balik Kesuksesan Radhiatul Fitri, sebagai Mahasiswa Berprestasi Nasional 2015

Radhiatul Fitri berhasil meraih peringkat 7 dari 15 mahasiswa terpilih pada Pemilihan Mahasiswa Berprestasi Tingkat Nasional 2015 yang berlangsung di Malang pada 28 Juni sampai 01 Juli 2015 lalu.

Mahasiswa psikologi Universitas Ahmad Dahlan (UAD) ini sebelumnya telah meraih juara 2 Mahasiswa Berprestasi (Mawapres) tingkat Kopertis Wilayah V DIY tahun 2015. Dalam akun Facebook-nya, perempuan yang akrab dipanggil Fitri ini mengaku, hal yang paling dramatis dan membuatnya menangis adalah saat mengetahui bahwa dirinya mampu bergerak di luar batas. Sebab, sejatinya, berlomba merupakan proses mengalahkan ego, kemalasan, dan kenyamanan diri sendiri.

“Berjuang keluar dari zona nyaman untuk hak hidup yang lebih baik dan prospektif di masa mendatang, tentu tidak mudah. Saya memutar otak untuk dapat tetap berada on the track. Ketika mahasiswa lain punya koleksi buku kuliah, sedang saya harus bolak balik meminjam buku perpustakaan kampus untuk bisa mendapat ilmu yang lebih, bahkan nilai terbaik di kelas. Kesempitan dan keterbatasan tidak boleh menjadi alasan untuk bergerak maju dan bermanfaat buat orang lain,” terangnya.

Menurutnya, kesuksesan yang diraih tidak terlepas dari peran dosen-dosen Fakultas Psikologi UAD yang selalu mendukung penuh dalam berbagai keadaan.

“Terima kasih kepada Tuhan yang maha pengasih dan penyayang, para dosen, juga teman-teman. Kesuksesan ini juga karena campur tangan Biro Kemahasiswaan dan Alumni (Bimawa) yang selalu memberikan support moril dan materiil kepada daya,” tutu Fitri.

Sumber : Universitas Ahmad Dahlan

Di IBK, Mahasiswa Bisa Langsung Berwirausaha

Banyaknya mahasiswa yang terjun ke dunia bisnis membuat Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) serius mempersiapkan mahasiswa untuk bisa bersaing. Melalui unit Iptek Berbasis Kewirausahaan (IBK) yang diprakarsai Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) UMM, mahasiswa pun diperkenalkan dengan dunia kerja yang sesungguhnya, mulai dari sempitnya lapangan pekerjaan, intensitas impor, hingga kaitannya dengan nasionalisme ekonomi.

Saat ini, menurut ketua IBK Drs Wiyono MM, persentase enterpreneur di negara lain minimal 2 persen, sedangkan Indonesia masih berada di 1,65 persen. Padahal, Malaysia dan Singapura masing-masing sudah memiliki  5 persen dan 7 persen enterpreneur. Berdasar fakta tersebut, Wiyono mengingatkan perlunya kesadaran mahasiswa untuk bangkit dari keterpurukan. “Salah satunya dengan berwirausaha atau menjadi enterpreneur,” ujar dosen Prodi Manajemen FEB UMM ini.

Selain itu, tambahnya, perlu adanya edukasi pada masyarakat agar memandang kesuksesan seseorang tidak harus dilihat dari pekerjaannya, sementara yang berwirausaha dianggap tidak sukses dan sering dicibir. Hal itu dinilainya membuat mahasiswa enggan berwirausaha.

“Saya kira dukungan masyarakat masih kurang. Perlu advokasi pada masyarakat, termasuk orangtua, karena berwirausaha belum tentu langsung menghasilkan,” terang Wiyono.

Karena itulah, melalui IBK, FEB UMM menyiapkan mahasiswa menjadi enterpreneur yang dapat bersaing. IBK memberikan pelatihan pada seluruh mahasiswa yang bergabung dan ingin berwirausaha.

Lebih dari itu, di UMM, setiap fakultas diharuskan menyertakan mata kuliah kewirausahaan. Mata kuliah ini, kata Wiyono, sekaligus mendukung program Pembantu Rektor (PR) III dan Kementerian Koperasi dalam mewujudkan mahasiswa enterpreneur.

“Pembentukan unit atau komunitas di tingkatan program studi, fakultas, dan universitas seperti IBK dirasa perlu untuk saat ini,” kata Wiyono.

Setiap mahasiswa yang bergabung di IBK mendapatkan pelatihan melalui koperasi Gerakan Usaha Muda (Garuda). Tak hanya itu, IBK pun memberikan pos pelatihan tiap semester untuk lintas fakultas, sehingga seluruh mahasiswa dapat menjadi enterprenuer. (nay/han)

Sumber : UMM.AC.ID