Pembukaan Rakornas Bidang Akademik dan AIK PTMA

Majelis Diktilitbang PP Muhammadiyah mengadakan Rapat Koordinasi Nasional Bidang Akademik dan Al-Islam Kemuhammadiyahan (AIK) PTMA di Hotel Inna Garuda Yogyakarta, Jumat (18/10). Dibuka langsung oleh Prof Lincolin Arsyad selaku Ketua Majelis Diktilitbang PPM, kegiatan ini diadakan selama tiga hari dari Jumat sampai Minggu (18-20/10).

Turut hadir membuka acara Prof Haedar Nasir selaku Ketua Umum PP Muhammadiyah, pimpinan dan pengurus Majelis Diktilitbang PPM, Majelis Dikti PP ‘Aisyiyah dan Pimpinan PTA, serta Narasumber dan Undangan Khusus yang kesuluruhannya mencapai kurang lebih 300 peserta.

Pada sambutannya Prof Haedar Nashir menjelaskan bahwa karakter Muhammadiyah adalah pendidikan islam modern yang mengintegrasikan antara iman dan kemajuan. Oleh sebab itu, PTMA harus mampu mencerdaskan pikiran bangsa dengan mengeluarkan pemikiran alternatif yang dapat menjadi solusi.

Prof Lincolin menambahkan, sebagai PTMA harus menerapkan akhlatul kharimah, yang terdiri dari tata kelolanya, transparannya, SDM dan recruitment yang sesuai dengan kompetensi. “Kalau PTMA sehat, insyaAllah persyarikatan kita sehat. Kalau PTMA sakit saya tidak menjamin persyarikatan kita sehat,” tutupnya.

 

Prof Lincolin Arsyad: 9 Tantangan PTMA

“Akreditasi baik institusi maupun prodi menjadi indikator terbaik di Indonesia karena berkaitan dengan kualitas Perguruan Tinggi. Sehingga kita perlu mempersiapkan akreditasi dengan sebaik-baiknya,” papar Prof Lincolin Arsyad saat memberikan sambutan pada pembukaan Rapat Koordinasi Nasional Bidang Akademik dan Al-Islam Kemuhammadiyahan (AIK) PTMA di Hotel Inna Garuda Yogyakarta, Jumat (18/10).

Prof Lincolin melanjutkan, ada 9 isu pokok yang menjadi tantangan PTMA kedepannya, “Ini menjadi tantangan yang sangat krusial dan harus kita hadapi bersama di masa yang akan datang,” paparnya.

Pertama, adalah sistem akreditasi baik pada Instrumen Akreditasi Program Studi (IAPS) 4.0 maupun Akreditasi Instrumen Perguruan Tinggi (AIPT) 3.0. Ia menegaskan, akreditasi merupakan tanggung jawab seluruh sivitas akademika termasuk pimpinan tertinggi universitas. Ia mengibaratkan, rektor harus selalu berdekatan dengan admisi yang berhubungan dengan jumlah mahasiswa, lembaga penjaminan mutu, dan KUI.

Kedua, cepatnya perubahan regulasi perguruan tinggi dan pemerintahan terutama bagian otonomi. Untuk itu kita perlu mempersiapkan diri dan meningkatkan fleksibilitas pada PTMA.

Ketiga, pengembangan branding PTMA pada wilayahnya karena branding dan rebranding dapat menciri khaskan PTMA. “Branding kita tidak hanya pada AIK tapi harus paham betul AIK dengan memiliki ciri khas lain pula,” tegasnya.

Keempat, adalah kualitas SDM baik dosen maupun tenaga pengajar di PTMA. “Khususnya dosen jenjang pendidikan yang bergelar dokter kurang lebih 11%, dan ini harus ditingkatkan lagi harapan kita 2025 sudah 30%.”

Kelima, perbaikan sistem kelembagaan di struktur organisasi dan tata kelola. “Misalnya dengan jumlah warek dan pembagian kerja yang jelas serta perlunya pencetakan kader yang harus dikembangkan.” PTMA menjadi driving force Muhammadiyah, oleh sebab itu pimpinan harus mempunyai jiwa entrepreneur. “Pemimpin itu harus memiliki jiwa dan semangan entrepreneurship yang bukan hanya memiliki jiwa bisnis tetapi juga harus visioner, progresif, inovatif, pandai melihat peluang, dan memiliki semangat fastabiqul khairat.”

Keenam, penerapan IT Base dan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) yang harus disiapkan dengan serius.

Ketujuh, persaingan yang harus dipandang dengan positif. Ia berpesan sudah seharusnya PTMA melihat maju kedepan tanpa menilai dan memikirkan apa yang ada di belakang.

Kedelapan, peningkatan peran PTMA sebagai media dakwah yang dapat direalisasikan melalui Asrama PTMA. “Ini harus didukung oleh rektor dengan memilih pengelola Asrama yang berkualitas pula, minimal harus memahami satu bahasa asing.” tutupnya.

Dibukanya Rakornas Bidang Akademik dan AIK PTMA ditandai dengan pemukulan gong yang dilakukan oleh Prof Lincolin Arsyad selaku Ketua Majelis Diktilitbang PPM. Di akhir acara, Majelis Diktilitbang PP Muhammadiyah bersama Pengembangan Pimpinan Pusat Muhammadiyah me-launching dua buku filsafat dengan judul buku Jejak Filsafat Pendidikan Islam “Menggagas Paradigma Pendidikan Muhammadiyah” dan Jejak Filsafat Pendidikan Islam “Membangun Basis Etis Filosofis bagi Pendidikan”.

Turut hadir, Prof Haedar Nasir selaku Ketua Umum PP Muhammadiyah, pimpinan Majelis Diktilitbang PPM, Majelis Dikti PP ‘Aisyiyah dan Pimpinan PTA, serta Narasumber dan Undangan Khusus yang kesuluruhannya mencapai kurang lebih 300 peserta.