Pekan Budaya Masuk Kampus sebagai Wujud dari Konsep Budaya 3K

Pekan Budaya Masuk Kampus (PBMK) yang akan digelar mulai Selasa (11/10) hingga Jum’at (14/10) resmi dibuka pada Selasa malam (11/10) di pelataran Sportorium Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. PBMK sendiri dinilai sebagai oportuniti bagus untuk melestarikan budaya di Yogyakarta, sebagai wujud dari konsep budaya 3K.

Pemaparan tersebut yang disampaikan oleh Kepala Dinas Kebudayaan Pemda DIY, Umar Priyono saat membuka PBMK. Konsep budaya 3K sendiri merupakan Kraton, Kampung dan Kampus, dimana kebudayaan yang ada di Yogyakarta harus mampu meliputi ketiga aspek tersebut. Dengan begitu, kebudayaan di Yogyakarta diupayakan dapat memberikan elemen ke seluruh lapisan masyarakat Yogyakarta.

Umar melihat potensi budaya di DIY sangat luar biasa. “Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya komunitas-komunitas budaya yang dibentuk oleh masyarakat. Seperti contohnya Ikatan Mahasiswa yang ada di DIY yang membentuk kegiatan bernama Selendang Sutra,” jelas Umar.

Kepala Dinas Kebudayaan Pemda DIY tersebut juga berharap besar pada peran kampus dalam melestarikan budaya di Yogyakarta. “Kampus sebagai sebuah institusi selalu dinilai sebagai agent of change. Selain sebagai agent of change, maka harusnya kampus juga dapat menjadi agent of culture,” harap Umar.

Selain itu Umar juga berharap Yogyakarta harus selalu pro-culture. Karena dengan meningkatkan kegiatan kebudayaan, juga akan berimbas pada peningkatan pariwisata di Yogyakarta yang lebih baik.

Senada dengan Umar, Rektor UMY, Prof. Bambang Cipto, M.A. menyampaikan bahwa PBMK dapat mempengaruhi citra kota Yogyakarta. “Kebudayaan merupakan sesuatu yang sangat lembut dan tidak kelihatan, tetapi kita butuhkan. Mudah-mudahan dengan adanya PBMK ini, kita bisa menjadikan kota ini tidak hanya sebagai kota pelajar saja, namun juga bisa menjadi kota budaya yang inovatif dan kreatif dengan seni,” ungkap Bambang.

Bambang menambahkan agar merambahnya budaya tidak hanya di Kota Jogja saja, tetapi juga dapat menyebar ke kota lain di DI Yogyakarta seperti Bantul, Sleman dan lainnya. Dan dengan diselenggarakannya PBMK di UMY, Bambang berharap akan memberikan manfaat bagi mahasiswa UMY.

“Dengan adanya kegiatan Pekan Budaya Masuk Kampus, mahasiswa jadi dapat melihat langsung pelaku seni, dan menyaksikan budaya adi luhung yang tampil modern dan mengesankan. Karena yang ditampilkan juga bukan hanya budaya lokal saja, namun juga ada budaya asing, dan empat hari ke depan juga masih banyak kejutan-kejutan penampilan lainnya,” ujar Bambang.

PBMK yang digelar di UMY selama empat hari ini juga terbuka untuk umum tanpa dipungut biaya. Selain itu, kegiatan kebudayaan yang akan digelar dalam acara PBMK ini seperti Festival Dolanan Anak, Lomba Kethoprak Ringkes Anak-anak se-DIY, Panggung Gamelan Anak, Pentas Seni-Budaya Nusantara, Tarian Nusantara, Musik Etnik Nusantara, Workshop, Pentas Seni Lintas Agama dan Keyakinan, serta One Night Jazz.

Sumber : www.umy.ac.id

Alumnus FAI Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Kenalkan Semangat Juang Jenderal Sudirman

Alumnus Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (FAI – UMY), Dhiyah Wahyu Pawestri mendapat kesempatan untuk mengenalkan semangat juang Jenderal Sudirman. Kesempatan tersebut didapatkannya saat menjadi salah satu peserta dalam acara Karnaval Selendang Sutera, yang diadakan oleh Dinas Kebudayaan DIY (Disbud DIY) bersama dengan Ikatan Pelajar Mahasiswa Daerah (IKPMD), pada Kamis (6/10).

Dalam karnaval yang diikuti oleh 18 kelompok di sepanjang Jalan Malioboro ini, Dhiyah ikut serta menjadi peserta karnaval dari Ikatan Duta Museum DIY 2016. Dalam kesempatannya ini Dhiyah juga mengenakan seragam Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan. Menurutnya, dengan mengenakan seragam Hizbul Wathan itulah dirinya bisa mengenalkan semangat juang Jenderal Sudirman. “Selain itu, dengan menggunakan seragam HW ini harapannya dapat menumbuhkan semangat kepanduan dan perjuangan pada diri generasi muda masa kini,” ujarnya.

Dhiyah juga mengutip salah satu kata bijak yang pernah dilontarkan oleh Jenderal Sudirman, yakni “Ragu-ragu atau bimbang, lebih baik pulang”. “Artinya, kita sebagai generasi muda, hendaknya ketika telah memilih atau memantapkan suatu hal, maka harus menentukan dan memutuskannya secara tegas. Dan jika kita sudah memilih hal itu, maka harus dilakukan dengan ikhlas, konsisten dan menyelesaikannya secara tuntas dan bertanggungjawab,” terang alumnus yang juga pernah aktif dalam UKM Drum Corps UMY ini lagi.

Adapun kegiatan karnaval ini merupakan kegiatan rutin Disbud DIY dalam rangka mempercepat proses akulturasi mahasiswa luar daerah dengan masyarakat di Yogyakarta. Selain itu, karnaval ini juga diselenggarakan dalam rangka memeringati Hari Nasional Museum Indonesia yang jatuh pada tanggal 12 Oktober.

Sumber : www.umy.ac.id

Pekan Budaya Masuk Kampus Harus Berikan Ruang Bagi Anak Muda

PBMK atau Pekan Budaya Masuk Kampus harus memberikan ruang bagi anak muda. Dengan melibatkan anak muda ini maka PBMK memberikan ruang untuk berekspresi, terutama bagi anak muda yang belum mendapatkan kesempatan untuk menyalurkan bakat. Hal tersebut diungkapkan oleh Wakil Gubernur DIY, KGPAA Pakualam IX kepada panitia PBMK saat memberikan arahan di Kantor Wakil Gubernur Komplek Kepatihan DIY.

“Kegiatan ini perlu diperhatikan, bagaimana memberi ruang kepada anak muda yang masih belum ada saluran yang menarik untuk mereka. Dengan memberikan ruang ini akan membentuk karakter secara langsung kepada anak-anak muda, namun tentunya harus sesuai dengan standar dan passion yang dimiliki. Banyak anak muda saat ini yang bingung menyalurkan bakatnya. Kegiatan semacam ini harus memberikan ruang kepada anak muda, terutama bagi mereka yang belum terkenal,” paparnya dalam audiensi panitia PBMK, Kamis (06/10).

Terkait kegiatan PBMK yang akan dilaksanakan pada 11 hingga 14 Oktober 2016 mendatang di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Wakil Gubernur DIY memberikan apresiasi atas gagasan PBMK yang melibatkan mahasiswa di Yogyakarta. “Pada jaman sekarang ini, anak muda lebih banyak menguasai hardskill daripada softskillnya. Hardskill sangat luar biasa, namun softskill sangat kering. Keringnya softskill ini juga akibat dari kerusakan sistematis pada orang tuanya. Orang tua lebih banyak menekankan pada keahlian akademik daripada bakat yang dimiliki anak. Saya setuju adanya acara ini yang lebih menekankan pada softskill,” ujarnya.

Kegiatan PBMK yang nantinya melibatkan 65 kelompok kesenian hingga hampir 1000 orang pementas mulai dari anak-anak hingga dewasa, Wagub berpesan supaya acara pekan budaya tersebut memberikan manfaat kepada pementas maupun penonton yang hadir. “Kegiatan nanti jangan hanya terfokus kepada kegiatan saja, namun juga bagaimana mencerdaskan audiensi, seperti bagaimana bertindak sopan saat acara berlangsung. Selain itu harapannya kegiatan ini memiliki identitas yang terstandar,” harapnya.

Sementara itu ketua pelaksana, Puji Qomariyah. S.Sos., M.Si mengatakan bahwa tema besar yang diangkat pada tahun ini adalah “Among Budaya Among” dengan mengambil sub-tema “Diaspora Oschestra,” yang akan mementaskan Pentas Seni Budaya Nusantara. “PBMK ini mengajak mahasiswa di Yogyakarta yang berkegiatan teater dan seni pertunjukan untuk melakukan sebuah kegiatan donasi budaya melalui kampus sebagai salah satu pusat terjadinya transformasi ilmu pengetahuan,” jelasnya kepada Wagub DIY.

Puji menyebutkan, PBMK 2016 ini akan mementaskan seni pertunjukkan, tari – sendratari, sebanyak 25 grup dan 4 festival dolanan anak. Selain itu juga turut menampilkan panggung musik nusantara yang diisi musik etnik nusantara sebanyak 5 grup penampil, panggung gamelan anak sebanyak 3 penampil, One Night Jazz sebanyak 7 grup, lomba ketoprak anak III sebanyak 11 grup, Pentas Seni Lintas Agama dan Keyakinan sebanyak 7 grup, serta workshop dan bazar.

“Dengan keterlibatan banyak pihak diharapkan bisa menumbuhkan semangat gumregah, sawiji, greget, sengguh. Ora mingkuh dalam menumbuhkembangkan budaya konstruktif melalui dialog multi arah di wilayah Yogyakarta khususnya, dan Indonesia pada lingkup lebih luas. Selain itu kegiatan ini salah satunya memberikan ruang bagi pengembangan ketoprak sebagai salah satu pertunjukkan seni tradisi dan teater rakyat, serta pelestarian pengembangan adat yang melengkapi pengembangan tradisi yang sudah berjalan,” harap Puji. (hv)

Sumber : www.umy.ac.id