UM Ponorogo bersama Kepala Desa dan Diaspora Inisiasi Jagongan Ponoragan

Universitas Muhammadiyah (UM) Ponorogo bersama kepala desa serta diaspora lintas kota dan provinsi menginisiasi acara Jagongan Ponoragan, Sabtu (24/8). Bertempat di Plaza Palem UM Ponorogo, inisiasi acara ini dilatarbelakangi oleh keinginan untuk mempersiapkan Ponorogo dalam menghadapi globalisasi dan Revolusi Industri 4.0.

Acara ini dipantik oleh Ir. Hari Sunarko,IAI,AA (Arsitek Dan Pemerhati Bangunan Cagar Budaya), Ir. Gatot Adi MT (Akademisi dan Peneliti Joglo Maron Ponorogo), Gayuh Budi Utomo IAI (Arsitek Kontemporer), Budi Satrijo M.Si (Yayasan Reyog) dan Dr. Sulton M.Si. (Rektor UM Ponorogo). Selain itu, acara terbuka juga untuk masyarakat dan stakeholders yang ingin menyampaikan gagasan demi Ponorogo yang lebih maju.

Hasil akhir dari acara ini ialah launching naskah akademik berkenaan dengan permasalahan dan solusi untuk memaksimalkan potensi di Kabupaten Ponogoro; MoU antara UM Ponoro dan Desa di bidang pendidikan, penelitian, pengabdian, dan pengembangan; serta deklarasi tentang pembangunan tiga desa wisata, yaitu Desa Glinggang, Karangan dan Kasugihan.

LK UMM Kaji Peradaban Islam dan Globalisasi

Memudarnya multidisipliner di ruang sidang senat, pagi tadi (22/4), LK mengangkat tema “Membangun Peradaban Masyarakat Islam di Tengah Masyarakat Global”.  Kajian ini diisi dua nara sumber, yakni dosen Tarbiyah UIN Maulana Malik Ibrahim, Dr. Syamsul Hadi, M. Ag, dan dosen Syariah UMM, Dr. Moh. Nurhakim, M.Ag.

Arus globalisasi, menurut Nurhakim, memberikan efek yang luar biasa dalam kehidupan masyarakat. Di satu sisi, globalisasi mampu menyatukan aspek-aspek sosial namun disisi lain ini juga dapat merubah kultural dan sosial. Bagi Indonesia, ini membawa perubahan yang signifikan dalam kemajuan teknologi. Namun dampak negative berupa perluasan dimensi dan lokus konflik  juga tak terelakan.

“Maraknya gerakan transnasional serta pemahaman-pemahaman keagamaan yang bertabrakan dengan garis pemahaman yang sudah mapan dalam bentuk radikalisme agama dan liberalism pemikiran keagamaan menimbulkan konflik yang sama di tempat yang berbeda,” ungkap Nurhakim.

Tak hanya itu saja, masalah-masalah dalam dunia politik, budaya, lingkungan, dan moral yang terjadi di dalam masyarakat adalah hasil dari proses globalisasi yang diakibatkan oleh kuatnya arus industrialisasi, teknologi informasi, bioteknologi, pasar bebas, pluralisme budaya, demokratisasi dan individualism. Oleh karena itu, tambah Nurhakim, jika tidak dihadapi dengan kreatif dan inovatif, proses globalisasi akan berbenturan dengan upaya mempertahankan tradisi dan paham keagamaan.

Untuk membangun suatu peradaban dunia yang ideal, Nurhakim memaparkan potensi budaya dan pemikiran Islam Indonesia dengan segala corak khasnya dapat menjadi alternatif penting. Terutama pemikiran Islam Indonesia dapat tampil sebagai rahmatan lil ‘aalamiin. Upaya tersebut dapat dilakukan dengan menampilkan Islam yang ramah dan majemuk, toleran antar umat beragama, Islam yang dinamis, inovatif dan kreatif, Islam yang mampu mengembangkan etos kerja, politik, ekonomi, dan science, dan menampilkan revitalis Islam dalam bentuk intensifikasi

Sementara itu, Samsul menyodoran fakta-fakta pengakuan peradaban Islam oleh para ahli. Misalnya, Fred McGraw Donner, mengakui bahwa sangat sedikit peristiwa sejarah umat manusia yang teah mengubah wajah belahan dunia yang luas dengan begitu cepat dan menentukan, sebagaimana ditunjukkan oleh persitiwa penyebaran Islam pada masa awal Hijrah.

Islam, lanjut Samsul, memberi pengaruh pada pemikiran Yahudi, diantaranya belajar bersikap bebas dan terbuka kepada peradaban baru dari kaum muslim. “Kaum Yahudi memperoleh manfaat dari Islam, hingga mereka mencapai taraf peradaban yang mereka sebut “Zaman Emas” yang terwujud pada masa kejayaan Islam,” katanya.

Di Indonesia sendiri, kemajuan pemikiran dan peradaban Islam sudah ditunjukkan oleh berbagai tokoh. Antara lain oleh Nurkholis Madjid dan Munawir Sadzali. Sedangkan Nurhakim malah menganggap KH Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah, merupakan peletak dasar pengembangan etos intelektualisme dan pragmatism dalam bidang keagamaan, pendidikan dan sosial.

Kepala LK UMM, Dr. Tri Sulistyaningsih, M.Si, berharap diskusi ini menjadi kontribusi LK kepada masyarakat luas.  “Dengan adanya kajian ini, kami berharap akan adanya proses tukar pikiran dalam membangun bangsa Indonesia yang lebih baik,” ujarnya. (ima/nas)

Sumber : UMM.AC.ID