Pengukuhan Guru Besar Dr Haedar Nashir, M.Si

Pengukuhan Guru Besar Dr. H Haedar Nashir, M.Si resmi dilaksanakan di Sportorium Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Kamis (12/12). Dimulai pukul 08.00, acara dibuka dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya dan Sang Surya yang dibawakan oleh PSM Sunshine Voice UMY.

Penyerahan Surat Keputusan Pengangkatan Guru Besar Dr H Haedar Nashir, M.Si diserahkan langsung oleh Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDIKTI) Wilayah V Yogyakarta melalui Rektor UMY Dr Ir Gunawan Budianto.

Turut hadir Drs H Muhammad Jusuf Kalla, Prof. Dr. Muhajir Effendy selaku Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK), Susi Pudjiastuti selaku Menteri Kelautan dan Perikanan periode 2014-2019, Kepala Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi Wilayah V, Pimpinan TNI Polri, Wakil Ketua MPR-RI, Pimpinan Pusat Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah, Wakil Gubernur DIY, dan seluruh undangan.

Dalam sambutannya, Drs H Muhammad Jusuf Kalla mengucapkan selamat atas gelar yang diraih oleh Prof Haedar Nashir. Ia juga menanggapi isi pidato dari Prof Haedar Nashir mengenai isu radikalisasi dengan tema Moderasi Indonesia dan Keindonesiaan: Perspektif Sosiologi. “Pembahasan mengenai Radikalisasi memang penting untuk dibahas, karena kita ada di sini disebabkan oleh reformasi, dan reformasi adalah hasil radikalisasi,” pungkasnya. Di akhir, JK berpesan agar moderasi dapat menjadi jalan tengah menghadapi permasalahan di era saat ini.

Prof. Dr. Didi Achjari selaku kepala LLDIKTI Wilayah V juga menanggapi, pidato yang disampaikan oleh Prof Haedar tentu memberikan kita pengetahuan dan wawasan di bidang sosiologi. “Profesi Prof Haedar Nashir sebagai dosen, ilmuwan, dan Pimpinan Pusat Muhammadiyah memberikan ruang dan cara pandang untuk memotret dari dekat dinamika kehidupan bangsa Indonesia melalui karyanya.”

Di lokasi yang sama, Prof Dr Heru Kurnianto selaku Ketua Senat UMY menyampaikan pesan dari KH Ahmad Dahlan mengenai guru besar. “Spirit yang dibawa oleh KH Ahmad Dahlan adalah menjadi guru besar yang cinta tanpa syarat dengan ikhlas membangun martabat bangsa dan dapat bermanfaat bagi dunia keilmuan di masa yang akan datang.”

Di akhir, ia berpesan untuk tetap menjadi cahaya bagi kehidupan. “Biarkan langit menjadi saksi menghantarkan intelektual Muhammadiyah membangun diri dan lingkungannya untuk kemaslahatan umat,” tutupnya.

UMM Kukuhkan Guru Besar Ilmu Pendidikan Matematika

PROF Dr Yus Mochamad Cholily MSi tidak ingin dikenal sebagai pembelajar matematika, tapi pekerja matematika. Bagi Guru Besar Ilmu Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) yang dikukuhkan pada Sabtu (24/9) ini, dengan bekerja Matematika, ia harus membaca, mencoba, terus berlatih, mengevaluasi, dan dilanjutkan dengan reformulasi.

“Khusus untuk Matematika, saya memang lebih senang menyebutnya dengan bekerja matematika. Bagi saya, learning mathematicis doing mathematics,” kata Yus Cholily saat menyampaikan orasi ilmiah pengukuan guru besar bertema “Matematika: Sains, Terapan, dan Pendidikan” di theater UMM Dome.

Filosofi itu membuat Yus sangat produktif dalam menelurkan karya ilmiah. Di bidang penelitian, setidaknya tercatat Yus telah menulis 23 karya ilmiah. Sebanyak 29 tulisannya juga telah dipublikasikan di berbagai jurnal, nasional maupun internasional.

Salah satu cabang ilmu matematika yang mendapat perhatian khusus bagi Yus adalah Teori Graf, terlebih teori ini merupakan salah satu cabang termuda karena baru lahir pada 1736. “Karenanya, hingga saat ini banyak sekali persoalan di teori graf yang belum terselesaikan,” kata Ketua Program Studi Pendidikan Matematika UMM ini.

Padahal, aplikasi teori graf sangat berguna, tidak hanya bagi pembelajaran di kelas, namun juga untuk kebutuhan sehari-hari, hingga aspek-aspek yang lebih luas, seperti persoalan sosial dan ekonomi. Misalnya untuk pengaturan sistem transportasi dan tata kota, aplikasi jejaring sosial, hingga membaca target pasar untuk kepentingan pemasaran.

Menariknya, sejumlah temuan ilmiah Yus tentang teori graf lantas menjadi rujukan bagi pakar teori graf terkemuka, Mirka MillerdanJozef Sirán, yang pada 2013 membuat rangkuman temuan-temuan dunia tentang salah satu persoalan paling krusial dalam teori graf, yaitu persoalan degree/diameter. Dari 365 paper yang jadi rujukan dalam tulisan kedua pakar berjudul “Moore Graphs and Beyond: A surfey of Degree/Diameter Problem”itu, 4 di antaranya merupakan temuan ilmiah Yus hasil kolaborasi dengan afiliasi UMM.

Dalam konteks yang lebih luas, Yus menilai bahwa matematika itu tidak saja ilmu eksak, tapi juga ilmu sosial. Karena itu, ia membagi matematika dalam tiga bagian, yaitu sains, terapan, dan pendidikan. “Nah karena di UMM namanya Pendidikan Matematika, maka itu ilmu sosial,” kata Yus yang pernah menjadi dosen teladan UMM pada 2006.

Namun, Yus tidak heran jika masyarakat umum terlampau mengidentikkan matematika dengan berhitung serta kumpulan rumus-rumus. “Ya karena mereka memang baru mengenal dan belajar pada tahapan itu. Padahal, ilmu matematika itu dimensi dan manfaatnya sangat luas,” papar dosen yang mengambil gelar master dan doktoral di Institut Teknologi Bandung (ITB) ini.

Prof Dr Yus Mochammad Cholily MSi berpose bersama keluarga besar selepas pengukuhan: Foto: Rino Anugrawan/Humas.

Mengamini hal tersebut, Rektor UMM Fauzandalam sambutan pengukuhan guru besar menilai bahwa setiap ilmu harus fungsional bagi kehidupan sehari-hari. “Ilmu itu hanya logika, eksistensi dalam kehidupan nyata-lah yang lebih penting. Matematika harus menjadi ilmu yang berorientasi fungsional bagi kehidupan kita,” kata Rektor.

Sementara itu KetuaBadan Pembina Harian UMM Prof HA Malik Fadjar MSc mengatakan, guru besar dituntut untuk menjawab harapan masyarakat.“Guru besar itu mengukur tingkat kepercayaan masyarakat terhadap institusi pendidikan. Guru besar adalahtolak ukur kualitas universitas,” papar anggota Dewan Pertimbangan Presiden RI ini.

Lebih dari itu, Ketua Majelis Dikti Litbang Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof Dr H Lincolin Arsyad MA berpesan agar guru besar tak mengikuti filosofi pohon pisang.“Jangan anut filosofi pohon pisang, sekali berbuah setelah itu mati. Sumbangsih setelah menjadi guru besar harus lebih banyak, terlebih untuk meningkatkan marwah institusi,” tutupnya. (acs/han)

Sumber : www.umm.ac.id