Jadi Wakil Indonesia di YSEALI, Mahasiswa PBI UMY Pelajari Demokrasi dan Bertemu Barack Obama

Muhammad Abas, mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris (PBI) UMY menjadi salah satu dari dua wakil Indonesia dalam Young East Asian Leaders Initiative (YSEALI) yang digelar di Myanmar, 10 hingga 17 November lalu. Dalam program yang digagas oleh Presiden Amerika Serikat, Barack Obama, telah berhasil mengumpulkan dua puluh orang pemuda dari negara-negara ASEAN untuk bertukar pikiran tentang berbagai macam hal seputar negaranya, khususnya masalah demokrasi. Setelah bertukar pikiran dengan wakil pemuda dari berbagai negara tersebut, pemuda yang akrab dispa Abas itu merasa Indonesia merupakan negara yang unggul dan sangat diperhitungkan di kawasan Asia Tenggara. Dari forum diskusi yang ia lakukan pada ajang tersebut, ia merasa Indonesia telah berada pada jalur yang benar. Sebab begitu banyak hal yang telah dilakukan Indonesia sejak dulu pada berbagai bidang seperti pendidikan dan demokrasi justru baru dipikirkan oleh negara lain seperti Myanmar dan negara ASEAN lainnya. “Beruntung banget jadi Warga Negara Indonesia. Karena yang terjadi di sana sudah terjadi di Indonesia pada masa lalu. Sekarang kita sudah ada di right track jauh di depan mereka,” katanya saat ditemui di Biro Humas dan Protokol beberapa waktu yang lalu.

Menurut mahasiswa angkatan 2010 itu, demokrasi dan hak warga negara untuk menyampaikan pendapat di Indonesia berada jauh di depan seluruh negara se-ASEAN. Hal tersebut, lanjutnya, tidak akan mudah ditemukan di beberapa negara ASEAN lainnya. Di sisi lain ia menjelaskan bahwa permasalahan yang dihadapi oleh negara ASEAN masih sama diseputar pemerataan pembangunan. Sehingga peserta lain pada forum tersebut begitu penasaran dan tertarik ketika dirinya menceritakan tentang Kuliah Kerja Nyata (KKN) yang dijalani mahasiswa Indonesia dengan diterjunkan ke pelosok-pelosok. “Permasalahan utama adalah masalah pemerataan pembangunan. Kita lebih bagus, program seperti Indonesia mengajar kita sudah ada lama, mereka baru mulai. Mendengar cerita KKN mereka heran,” sambung pengidola Susilo Bambang Yudhoyono itu.

Ia mengatakan begitu banyak hal positif yang ia dapatkan selama mengikuti kegiatan itu. Selain berbagi cerita seputar negara masin-masing dengan peserta lain, ia juga mendapatkan pengetahuan dari pakar-pakar yang menjadi pembicara pada kegiatan itu. Ia berharap kegiatan itu akan makin mempererat persaudaraan pemuda di ASAEN. Terlebih negara Asia Tenggara tidak lama lagi akan menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN, sehingga pemuda antar negara sangat perlu untuk saling mengenal agar tidak terjadi shock culture. “Ini untuk meningkatkan kolaborasi antar negara Asia Tenggara khususnya pemuda. Memfasilitasi tukar pikiran untuk persiapan AEC. ketika anak muda sudah memahami kebudayaan satu sama lain, dan tidak mengalami shock culture karena sudah saling mengerti. Ke depan kita akan buat program di Indonesia, saya akan undang mereka ke sini,” ujarnya.
Bertemu Barack Obama

Abas merasa seperti tengah bermimpi ketika sosok Presiden Barack Obama memasuki ruangan tempatnya berkumpul. Pasalnya panitia sengaja merahasiakan kedatangan Obama yang menjadi tamu istimewa dalam ajang tersebut. Mendapatkan kejutan dengan melihat Presiden AS secara langsung bagi Abas adalah kesempatan yang amat langka, pasalnya cerita dari teman-temannya di Amerika Serikat, bahwa tidak mudah untuk bertemu dengan orang nomor 1 di AS itu. Selain itu ia begitu bangga ketika Obama berkali-kali menyebut Indonesia sebagai negara yang demokrasinya paling terlihat dan terbuka sembari mengacungkan jari telunjuk ke arahnya.

“Seperti sedang bermimpi ketika ketemu Obama. Pengalaman yang susah dilupakan itu Ketika Obama menunjuk kami dan menyebutkan Indonesia. Orang yang sekolah di Amerika aja bilang belum tentu bisa ketemu Obama,” ungkap pemuda kelahiran Lebak, Banten, 22 Februari 1993 itu.

Sumber : www.umy.ac.id