Universitas Muahammadiyah Yogyakarta (UMY) sediakan 2 mobil truk untuk mengangkut abu vulkanik gunung Kelud. Untuk tahap awal, tim relawan mengumpulkan abu kelud dari UMY ke Kota Yogyakarta sekitar Malioboro. Tim relawan tersebut dilepas langsung oleh Rektor UMY, Prof Dr Bambang Cipto, Jumat (21/2/2014).
Kepala Biro Umum UMY Eko Wahyudi menyampaikan, selain untuk membantu masyarakat untuk membersihkan abu. UMY juga bertujuan untuk pemanfaatan abu untuk penelitian, yaitu untuk Fakultas Pertanian, Kedokteran, dan Fakultas Tehnik.
“Dengan keihklasan kita untuk mengumpulkan abu ini, dua tiga pulau terlampaui. Membantu masyarakat, untuk pengembangan akademik dan pengendara di jalan juga,” ungkapnya.
Sebelum terjun ke jalan, tim relawan sudah mengumpulkan abu Kelud yang dibersihkan dari kampus UMY. Abu dari UMY berhasil dikumpulkan sebanyak 1 truk lebih oleh relawan. Sedangkan untuk di jalanan, tim relawan UMY tinggal mengambil karung abu yang sudah dibersihkan warga.
“Sebelumnya kita survey. Rupanya abu itu cuma ditinggal di tepian jalan sama warga. Untuk itulah kita angkut dan kita manfaatkan untuk riset,” jelas Eko.
Aksi tanggap relawan UMY ini dianggap sangat membantu warga, terutama yang memiliki ruamah di tepi jalan. Petugas kelurahan Ngadi Mulyo, Maryono mengatakan, abu yang dikumpulkan warga di jalan lokal belum diangakat oleh tim dinas kebersihan.
“Dinas kan hanya memberishkan di jalan protokol, untuk jalan lokal ini memang belum ada yang mengambil abunya. Jadi ini suatu hal yang sangat menbantu bagi kami, soalnya di dalam sana karung abu masih banyak yang sudah dikumpulkan warga,” jelasnya.
Sedangkan Wakil Rektor Bidang Akademik UMY, Dr Ir Gunawan Budiyanto mengatakan, selama ini penelitian yang difokuskan masih mengenai dampak negatif dari abu letusan gunung. Padahal, menurutnya, dampak positif dari abu letusan gunung itu juga ada.
Gunawan mengacu pada hasil penelitian yang telah dilakukannya bersama timnya, dalam mengkaji kandungan nutrisi yang dimiliki oleh abu letusan gunung Merapi.
“Hasil penelitian dari abu letusan gunung Merapi itu ternyata ditemukan cadangan mineral yang cukup banyak pada abu itu. Selain itu, juga mengandung magnesium dan serum yang menurut aspek kimianya, kandungannya itu merupakan sumber nutrien bagi pertanian. Tapi dengan syarat, abu letusan gunung itu sudah mengalami proses lapukan,” paparnya.
Proses lapukan itu, lanjut Dosen Pertanian UMY ini, adalah proses pelepasan unsur-unsur yang terkandung dalam abu letusan gunung sehingga terlepas dari unsur primernya, maka unsur yang baru itu bisa dimanfaatkan untuk pertanian. Proses pelapukan yang terjadi itu juga melalui proses pelapukan karena alam.
“Seperti basah – kering. Kalau dia abu murni, setahun hingga dua tahun sudah bisa digunakan. Tapi kalau dia bercampur dengan material lain, butuh waktu bertahun-tahun,” ujarnya. (mar)
Penulis
Ahlul Amalsyah
Yogyakarta, ahlul.amalsxxx@umy.ac.id
Sumber : news.liputan6.com