Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) untuk kedua kalinya kembali menjadi tuan rumah penyelenggaraan workshop Conceive-Design-Implement-Operate (CDIO), yang diselenggarakan pada Rabu-Kamis (30-31/10). Workshop ini diikuti oleh dosen-dosen teknik dari UMY dan Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS). Adapun workshop CDIO ini sendiri sudah berjalan empat kali, workshop pertama dan keempat diselenggarakan di UMY, sementara workshop kedua dan ketiga diselenggarakan di UMS.
CDIO ini merupakan konsep pembelajaran yang dikenalkan oleh Singapore Polytechnic, yang menekankan pada ilmu-ilmu dasar keteknikan yang disajikan dalam kondisi nyata di lapangan untuk menciptakan suatu sistem atau produk . Pada konsep CDIO yang akan diterapkan pada mahasiswa teknik ini, nantinya juga akan mampu membekali mahasiswa dengan softskill seperti mahasiswa atau insinyur dari luar negeri. Dengan begitu, mahasiswa atau pun lulusan teknik dari kedua universitas ini bisa siap bersaing dengan mahasiswa atau lulusan teknik dari luar negeri.
Dr. Jazaul Ikhsan, S.T., M.T., dekan Fakultas Teknik UMY, saat ditemui pada Rabu (30/10), mengatakan bahwa workshop tersebut diperuntukkan bagi staf pengajar atau dosen teknik, karena dalam workshop ini yang dibahas mengenai peningkatan mutu pembelajaran. Setelah mendapatkan pelatihan pada workshop tersebut, para dosen bisa mengaplikasikannya pada mahasiswa. “Sementara untuk mahasiswa sendiri, pembelajaran dengan sistem CDIO ini bisa diterapkan dengan cara mengikuti KKN Internasional, sebagaimana yang sudah kita jalankan sebelumnya. Mahasiswa kami sudah mengikuti KKN Internasional bersama Singapore Polytechnic sebanyak dua kali, dan semuanya diselenggarakan di Yogyakarta dan Magelang. KKN Internasional semacam ini juga masih akan berlanjut, untuk menunjang akademik dan softskill mahasiswa kami,” paparnya.
Menurut Jazaul, metode pembelajaran dengan CDIO ini juga merupakan metode pembelajaran yang efektif. Sebab, cara belajarnya bukan hanya sebatas teori dan praktek saja. “Tapi mahasiswa juga belajar dari pengalaman langsung di lapangan (experimental learning). Mahasiswa di ajak terjun langsung ke tempat-tempat penduduk, untuk mengetahui apa yang dibutuhkan oleh masyarakat setempat. Kalau mereka sudah menemukan barang atau alat seperti apa yang dibutuhkan, barulah mereka mendesain alat itu. Kemudian melihat apakah alat itu cocok atau tidak, kalau cocok segera dibuat prototipenya, kemudian direncanakan anggaran untuk bekerjasama membuat alat tersebut. Agar bisa segera dioperasikan oleh warga setempat, untuk mendukung perekonomian atau kesejahteraan masyarakat setempat,” jelasnya.
Jadi dengan begitu, lanjut Jazaul, mahasiswa bisa mendapatkan pengalaman lebih, karena terjun langsung dan menganalisis kebutuhan masyarakat. Selain itu, mahasiswa juga bisa meningkatkan sotfskillnya dan juga bisa bekerjasama dengan banyak orang. “Sebab dalam metode CDIO ini, mahasiswa tidak bekerja sendiri. Mereka dituntut untuk bisa bekerja dengan kelompok, berinteraksi dengan warga setempat, dan menyikapi perbedaan pendapat yang mungkin akan muncul saat proses penggalian kebutuhan masyarakat, atau saat mendesain alat. Selain itu, mereka juga belajar apa yang dibutuhkan oleh industri, jadi paling tidak, kalau mereka sudah lulus sudah siap untuk terjun langsung di dunia kerja,” tuturnya.
Jazaul juga mengatakan bahwa workshop CDIO ini juga masih akan berlanjut, sebab komponen pembelajaran yang mereka terima baru sampai pada standar ke-8. “Jadi masih akan ada workshop lagi, dan yang terdekat itu nanti pada tanggal 8 sampai 10 Januari 2014. Sementara untuk instruktur pekatihannya sendiri langsung ditangani oleh Singapore Polytechnic. Karena konsep CDIO ini kan dari mereka, jadi kami dari UMY dan UMS menimba ilmu dan pengalaman dari mereka, dan kemudian kami salurkan lagi pada mahasiswa kami,” pungkasnya.
Sumber : www.umy.ac.id