“Pascaperang Dingin, negara-negara dunia ketiga terutama kawasan Asia Tenggara cenderung menerapkan demokrasi yang menempatkan presiden pada posisi yang absolut. Kondisi ini berlangsung dalam waktu yang lama, alasannya jelas karena pembangunan memerlukan stabilitas, baik ekonomi, politik, dan pembangunan itu sendiri.” Ujar Ali Maksum, Ph.D, saat mengawali diskusi yang bertajuk Potret Demokrasi di Asia Tenggara Pascaperang Dingin di Sekretariat Komunitas Belajar Menulis, Poncowolo, Yogyakarta pada Kamis (27/12/18).
Dosen Program Studi (Prodi) Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) ini menambahkan bahwa pemaknaan terhadap sistem demokrasi mustahil tunggal, justru sebaliknya, ia beragam dan fleksibel, menyesuaikan dengan kondisi dan situasi negara tersebut. Ia mencontohkan bahwa sistem pemerintahan demokrasi di Singapura dan Malaysia memiliki perbedaan dengan Indonesia.
“Coba Anda tengok bagaimana sistem pemerintahan di Singapura, negara besar dengan sistem demokrasi tetapi pada dasarnya praktik oligarki justru terjadi.” Ujarnya.
Dosen kelahiran Ponorogo ini mengatakan bahwa sistem yang masyhur dengan frasa dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat ini tidak ujuk-ujuk turun dari langit, tetapi bagian dari grand design negara-negara adikuasa, pemenang Perang Dingin.
“Negara-negara third world seperti di Afrika sana jika menerapkan sistem ini maka akan kolaps karena situasi dan kondisinya belum memadai.” Terangnya mengakhiri diskusi.
Tema diskusi sendiri diambil dari buku yang ditulis oleh Ali Maksum dan diterbitkan oleh Phinisi Press pada November 2018. Diskusi berjalan intens, masing-masing peserta antusias menyimak dan memberikan pertanyaan. Adapun unsur peserta dihadiri mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi seperti Universitas Ahmad Dahlan (UAD), Universitas Islam Sunan Kalijaga (UIN), dan UMY. Diskusi ditutup dengan pembacaan puisi oleh Mahmud.(Wira Prakasa Nurdia)