“Kebersamaan menjadi modal penting di persyarikatan, majelis dan PTMA menjadi modal sosial yang sangat penting karena mengutamakan kebersamaan, ketulusan dan nilai luhur dalam pergerakan. Muhammadiyah dapat berkembang besar namun masih utuh secara konstitusi karena adanya usaha dan peran para pimpinan dalam menopang kebersamaan.” Berikut papar Prof Haedar Nashir dalam acara Pembinaan PTMA Pembinaan PTMA “Peran Kepemimpinan PTMA dalam Peningkatan Kinerja dan Daya Saing Nasional/Internasional” secara daring, Rabu (02/12).
Delapan Arahan untuk PTMA
Dalam arahannya, Prof Haedar Nashir menekankan agar Pimpinan PTMA untuk terus menerapkan sikap ta’awun untuk bersama-sama bergerak agar PTMA dapat bertumbuh dan berkemajuan. Ketua Pimpinan Umum Muhammadiyah ini juga menambahkan Delapan hal penting yang harus diterapkan pimpinan PTMA. Pertama, spirit dan ikhtiar dalam berbagi spirit kemajuan yaitu PTMA yang menjadikan ta’awun sebagai dasar dan amal jariyah. PTMA yang sudah besar dapat menularkan ilmunya sehingga pihak yang membantu tetap semangat dan yang dibantu akan semakin semangat. Kedua, perkuat jaringan ke dalam dan ke luar secara institusi. Yaitu adanya kerja sama dan saling berjaringan dengan tata kelola yang tersistem dan berjalan dengan baik. Ketiga, konsolidasi pengelolaan akademik yaitu pengelolaan akademik harus ada akselerasi dan jangan jalan ditempat. Lembaga asing dan adanya ciptaker pasti ada dihadapan kita, perlu adanya akselerasi pengelolaan akademik untuk menghadapi hal tersebut. Selain itu, SDM menjadi salah satu syarat yang harus dipenuhi sehingga menjadikan PTMA berada diatas rata-rata. “Penguatan SDM menjadi spesialisasi yang harus ditingkatkan kualitasnya. SDM yang ahli dalam merancang dan menguasai dunia pendidikan di era digital atau dosen muda yang memiliki integritas bagus harus didukung sehingga kemampuan dan keahliannya semakin berkembang,” tegasnya.
Keempat, yaitu Penguatan Paham Islam dan Berkemajuan. Adanya AIK yang menjadi ciri khas dari PTMA sehingga membutuhkan regulasi baru dan pengemasan cara mengajar yang menarik. Kelima, yaitu integritas kepribadian berbangsa dan bernegara. Pemahaman ini menjadi penting dan harus ditularkan pada dosen dan karyawan. Keenam, adanya perencanaan strategis yaitu perencanaan strategis yang harus dicermati misalnya perencanaan keuangan. Ketujuh yaitu mengembangkan kepemimpinan dengan menekankan tiga hal yaitu pimpinan PTMA harus menyiapkan dan memberikan kesempatan pada kadernya untuk menjadi penerus, kepemimpinan PTMA harus memiliki kemampuan dalam memobilitasi potensi dan adanya perencanaan dan planning sistem agar PTMA tetap eksis. “Tetap rawat nilai moral dan integritas diri, karena harta termahal kita adalah akhlak dan moral sehingga ketika kita sudah tidak menjabat kita tetap dapat tuma’ninah. Kepemimpinan seperti ini akan mengayomi persyarikatan,” paparnya. Terakhir yaitu Membangun Kemajuan Bersama Persyarikatan yaitu semangat kebersamaan yang didasari dengan ta’awun. “Jika adanya hubungan yang kurang baik, perbaiki. Setiap orang perlu belajar untuk rendah hati dan jauhi angkuh diri,” lanjutnya.
Prof Lincolin Arsyad, selaku Ketua Majelis Diktilitbang PPM juga menambahkan data terbaru mengenai Jumlah PTMA per Desember 2020 dengan jumlah 164 PTMA yang terdiri dari 4 akademi, 13 institut, 3 politeknik, 75 Sekolah Tinggi, dan 61 Universitas. Dengan jumlah kampus ‘Aisyiyah 3 Politeknik, 2 Sekolah Tinggi dan 3 Universitas. Ahmad Muttaqin selaku Bendahara Majelis Diktilitbang PPM juga menyebutkan kegiatan yang diadakan hari ini bertujuan untuk memberikan pembinaan PTMA yang dilakukan dalam rangka Meningkatkan Peran Kepemimpinan PTMA dalam Peningkatan Kinerja dan Daya Saing Nasional/Internasional.