KETUA Badan Pembina Harian (BPH) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Prof Dr Malik Fadjar MSc berpesan pada segenap pimpinan UMM agar memiliki komitmen bersama dalam membangun kampus ini. Pesan ini ia sampaikan saat memberi tausiyah pada Rapat Koordinasi dan Konsolidasi Pimpinan UMM di Batu, Jumat (28/2).
Malik mengingatkan agar pimpinan UMM terhindar dari metafor dalam al-Quran surat an-Nahl ayat 92 tentang seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat, namun pada akhirnya tercerai berai kembali. Dalam kaitan ini, kata Malik, bisa saja pilar-pilar yang telah dibangun kampus ini pada akhirnya tercerai berai lantaran tidak disinergikan dengan baik.
Karena itu, bagi Malik, pertemuan seperti ini sangat penting agar terlahir gagasan-gagasan baru dalam menyusun rencana strategi ke depan. “Harus juga diingat bahwa tugas utama UMM adalah human investment, yaitu melahirkan manusia-manusia berpikiran besar yang sarat dengan idealisme,” paparnya.
Malik mengisahkan, sejak dahulu agen perubahan bangsa ini adalah para cendekia muda, di mana salah satu wujudnya adalah Sumpah Pemuda. Peran kaum muda itu, lanjut Malik, juga terjadi dalam sejarah Muhammadiyah. Sebab itu, Malik sangat berharap agar UMM sebagai lembaga pendidikan bisa membangun generasi muda yang tidak hanya besar dari sisi kuantitas, namun terlebih harus bermakna secara substansial.
Dalam ruang yang lebih luas, lanjut Malik, tugas UMM adalah memberi makna pada peradaban bangsa. Dalam konteks ini, UMM dipandang sebagai driving force Muhammadiyah dalam berinovasi dan bergerak melintasi zaman.
Kaitannya dengan milad 50 tahun UMM, Malik menekankan tentang pikiran-pikiran yang hendak ditampilkan UMM pada bangsa. Ia memandang, agar terlahir gagasan-gagasan besar, UMM perlu membuka seluas-luasnya pendekatan interdisipliner.
Malik mengingatkan agar kita tidak terkurung dalam sekat-sekat disiplin ilmu yang pada akhirnya justru membuat kita terjebak di gang buntu. “Jangan sampai kampus ini justru melahirkan kacamata kuda-kacamata kuda baru,” tegasnya.
Untuk itu, kampus ini perlu memperbanyak intellectual gymnastic agar pemikiran kita kian terbuka. “Dengan pemikiran yang terbuka, diharapkan UMM dapat menjadi inspirasi yang terus bergema, tidak justru menjadi monumen tak bernyawa,” tandas mantan Menteri Pendidikan Nasional dan Menteri Agama RI ini. (han)
Sumber : www.umm.ac.id