Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo menjadi idola mahasiswa saat mantan walikota Solo ini datang ke kampus Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) untuk menyampaikan orasi Hari Jadi UMS ke 55, Sabtu (26/10). Puncak peringatan Milad UMS yang biasanya luput dari perhatian, tiba-tiba dipadati mahasiswa.
Mereka sangat antusias untuk mendengarkan orasi Jokowi di luar auditorium HM Djazman. Seusai acara, mereka merangsek mengerubuti Jokowi yang berjalan didampingi rektor UMS Prof Dr Bambang Setiaji MS. Ada yang mencoba bertanya, mengulurkan tangan untuk berjabat tangan hingga foto bersama.
Sambil tersenyum Jokowi pun dengan sabar menemuhi keinginan semua mahasiswa. Ia memperlambat langkahnya menuju mobil, bahkan kadang berhenti beberapa saat. Sesekali memerintahkan ajudannya untuk membantu mengambilkan foto dengan handphone mahasiswi. Jokowi memang menjadi pemimpin idola mereka.
Rektor Prof Bambang menyatakan mengapa dukungan masyarakat terhadap datang seperti air bah tak terbendung. Karena masyarakat ingin perubahan. Dalam box kepemimpinan nasional, Jokowi adalah tokoh muda yang dinilai polos, virgin-tidak terkontaminasi dan dekat dengan rakyat.
UMS bukanlah lembaga politik dan tidak memiliki agenda politik tertentu. Undangan ini tidak lain sebagai artikulasi dukungan masyarakat supaya lebih menguatkan para sesepuh bangsa untuk memberikan estafet kepemimpinan. Berikutnya UMS pun ingin memberikan gelar kehormatan, Doktor Honoris Causa kepada Jokowi.
“Prof Dim (Dimyati Khudzaifah, Red) jangan kalah cepat dengan perguruan tinggi lain. Apalagi Pak Jokowi sudah sejak tahun 2000 aktif memberikan ceramah di UMS,” kata Prof Bambang mengingatkan kepada Prof Dimyati yang Direktur Program Pascasarjana UMS. Rencana ini didukung wakil dari PP Muhammadiyah, A Munir Mulkhan.
Ketika berorasi soal kepemimpinan Jokowi banyak mencontohkan perlunya turun ke lapangan untuk mendengar suara rakyat. Karena dengan dekat dengan rakyat bisa membuat desain pembangunan yang sesuai. “Kalau kita hanya menyusun desain pembangunan di meja akan mendapat informasi yang salah. Karena informasi yang masuk hanya ABS (asal bapak senang).”
Mendesain pembangunan harus berdasarkan kenyataan yang ada di lapangan. “Jadi menjadi pemimpin jangan takut turun dan dekat dengan rakyat. Dengan turun ke lapangan, semua akan terlihat jelas,” ujarnya. (Qom)
Sumber : krjogja.com