Sekarang ini masyarakat semakin melek informasi, termasuk tentang kualitas perguruan tinggi di tanah air yang jumlahnya lebih dari 4300 buah. Oleh karena itu, perguruan tinggi yang hanya tebar ijazah dan menghasilkan pengangguran akan ditinggalkan dan tidak akan dilirik calon mahasiswa.
Demikian dikemukakan Wakil Ketua Majelis Pendidikan Tinggi Penelitian dan Pengembangan (Diktilitbang) PP Muhammadiyah di kampus Universitas Muhammadiyah Magelang pada acara Pelantikan Rektor UM Magelang, Sabtu 30 Januari 2016. Rektor yang dilantik untuk periode 2016-2020, Eko Muh Widodo, merupakan rektor periode sebelumnya yang dilantik untuk periode kedua. Hadir dalam pelantikan itu unsur Badan Pembina Harian (BPH), Pemerintah Kabupaten dan Kota Magelang, Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM), dan internal UMM. Dengan situasi seperti itu, menurut Edy Suandi Hamid, perguruan tinggi harus meningkatkan mutu akademik dan keterampilan lulusannya sehingga mampu menciptakan pekerjaan untuk dirinya dan masyarakat. Perguruan tinggi perlu lebih mengorientasikan lulusan sebagai pencipta kesempatan kerja ketimbang pencari kerja, di samping juga untuk mengembangkan ilmu pengetahuan.
Dikatakan, masyarakat saat mudah untuk mengetahui jatidiri dan posisi sebuah perguruan tinggi yang ada, baik itu keunggulannya maupun kelemahannya. Masyarakat juga tahu perguruan tinggi yang dengan mudah mengeluarkan ijazah tanpa melihat standar kelulusan yang baku. Saatnya seleksi alamiah akan berlaku, dan perguruan tinggi tidak bermutu dan obral ijazah akan ditinggalkan masyarakat. Dengan makin banyaknya jumlah perguruan tinggi dan juga semalin mudahnya mengakses perguruan tinggi luar negeri, maka persaingan semakin tajam. Hanya perguruan tinggi yang baik dan memenuhi standar nasional dan global yang bisa eksis.
Memang pengawasan dan regulasi pemerintah sekarang semakin ketat pada perguruan tinggi. Namun selalu ada celah yang dimanfaatkan oleh perguruan tinggi yang nakal. Oleh karena itu, masyarakat juga perlu mengawasi dan melaporkan kinerja perguruan tinggi nakal agar masyarakat tidak dirugikan.
Lebih lanjut dikatakan Edy Suandi Hamid mengingatkan agar PT terus menghembangkan budaya akademiik dan benar-benar menjaga norma akademik. Kasus seperti pengeluaan ijazah aspal yang terjadi benerapa waktu lalu tidak boleh dan jangan sampai terjadi, terlebih di PT seperti lembaga
Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM). PTM tidak boleh hanya berorientasi kuantitas, tapi harus mengedepankan mutu, karenanya norma akademik harus dijaga secara ketat. “Kasus penerbitan ijazah aspal itu sungguh menodai dunia pendidikan kita karena pelakunya ada di dalam kampus. Ini berbeda dengan kasus ijazah palsu yang terjadi pada waktu lalu. Karenanya jangan sampai ada kampus menerbitkan ijazah aspal , dan kalau benar-benar terjadi ini harus ditindak tegas” kata Prof Edy Suandi Hamid.
Diingatkan pula, PTM tidak harus berlomba meluluskan alumni dan mencetak ijazah saja, namun yang lebih penting adalah bagaimana menghasilkan insan yang bermanfaat bagi masyarakat; sehingga berperan mewujudkan indonesia berkemajuan dan berperadaban. “Ini berarti mencetak manusia berahlak dan berkompetensi tinggi dan berdaya saing,” ujarnya mengakhiri sambutan.