Menindaklanjuti hasil Kongres Umat Islam Indonesia (KUII) VI di Yogyakarta pada 8-11 Februari yang digelar Majelis Ulama Indonesia (MUI), Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) mengadakan Sarasehan Pasca-KUII yang berlangsung di Aula BAU UMM, Kamis (12/2). Kegiatan bertema “Penguatan Peran Politik, Ekonomi, dan Sosial Budaya Umat Islam untuk Indonesia Berkeadilan dan Berperadaban” ini memiliki misi utama membangkitkan peran umat Islam Indonesia yang selama ini hanya mayoritas dari segi jumlah namun minoritas dari segi peran.
Sarasehan menghadirkan pembicara; Ketua Bidang Pemberdayaan Perekonomian MUI Pusat Dr Anwar Abbas, Guru Besar Sosiologi Agama UMM Prof Dr Ishomuddin MSi, dan Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) UMM Dr Asep Nurjaman MSi. Acara dibuka langsung oleh Ketua Umum Badan Kerjasama Perguruan Tinggi Islam Swasta (BKS-PTIS) se-Indonesia yang juga merupakan Rektor UMM, Prof Dr Muhadjir Effendy MAP.
Dalam sambutannya, Muhadjir mengingatkan, agar KUII memiliki gaung yang lebih besar dan benar-benar bermanfaat bagi umat Islam Indonesia maka perlu diadakan kegiatan-kegiatan lanjutan di berbagai kota di Indonesia.
“Kegiatan ini sangat menarik. Umumnya, kegiatan penyemarak Kongres diadakan sebelum acara, tapi ini diadakan setelah acara berlangsung. Tapi justru di situlah manfaatnya. Agar gagasannya tidak menguap. Gaungnya tidak hilang begitu saja,” papar Muhadjir.
UMM disebut Muhadjir sebagai pelopor karena merupakan kampus pertama yang merespon. Lebih lanjut, Muhadjir selaku Ketua Umum BKS-PTIS se-Indonesia akan mengajak berbagai Perguruan Tinggi Islam untuk ikut merespon dan sekaligus sebagai ajang sosialisasi hasil Kongres. “Sudah ada beberapa kampus yang siap, moga saja gaungnya kian besar agar peran umat Islam bisa semakin terdengar,” ujarnya.
Sementara itu, Anwar Abbas dalam paparannya menyinggung soal minimnya peran umat Islam dalam percaturan ekonomi dan politik Indonesia saat ini. “Ini mengherankan. Dalam sejarahnya, kiprah umat Islam sangat besar dalam mendirikan republik ini. Kalau sekarang posisi kita termarjinalkan, ini menjadi pertanyaan besar.”
Anwar bahkan dengan tegas menyimpulkan, bahwa terbentuknya NKRI karena jasa umat Islam. “Kalau umat Islam tidak berjuang melawan kolonial, NKRI tidak terwujud,” tandas mantan ketua Majelis Ekonomi dan Kewirausahaan Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah ini.
Lebih lanjut Anwar membahas tentang rekomendasi KUII yang menghasilkan “Risalah Yogyakarta”. Risalah memuat tujuh poin berisi ajakan pada umat Islam, penyelenggara negara, serta seluruh lapisan masyarakat untuk meluruskan kiblat bangsa dalam mewujudkan Negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.
Risalah tersebut, lanjut Anwar, sebagai respon terhadap kehidupan bangsa dewasa ini yang telah mengalami penyimpangan dari cita-cita nasional lantaran terbawa derasnya arus liberalisasi dan kapitalisasi dalam bidang politik, ekonomi, dan budaya.
“Akibatnya, ekonomi kita hanya berpihak pada orang kaya saja. Orang miskin, mau menjerit ke langit pun tidak akan digubris,” tuturnya.
Di sisi lain, Ishomuddin menilai, lemahnya peran umat Islam lantaran banyaknya kelompok-kelompok dan aliran-aliran dalam Islam Indonesia yang terlampau berkutat pada kepentingan kelompoknya sendiri. “Karena terlalu sibuk menggiatkan urusan kelompoknya, akhirnya tidak mampu membawa Islam ke tengah-tengah bangsa ini,” kata ketua Program Doktor Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UMM ini. (han)
Sumber : UMM.AC.ID