Pemikiran baru dan riset merupakan dua hal yang dapat memberikan kontribusi untuk perkembangan ilmu pengetahuan. Banyak isu-isu yang bisa diangkat untuk dijadikan sebuah pemikiran baru dan pengembangan ilmu pengetahuan. Bentuk kontribusi ini pun bisa dilakukan dengan cara pembuatan karya ilmiah. Karya ilmiah inilah yang nantinya dapat memberikan pengetahuan bagi masyarakat mengenai pemikiran atau gagasan baru.
Namun, karya ilmiah ini bukan hanya dalam bidang science saja, tapi juga bisa dikembangkan dalam bidang sosial dan politik. “Sebenarnya karya ilmiah bukan hanya melulu pada bidang science saja, tetapi pada bidang sosial dan politik juga banyak isu-isu yang berkembang dan perlu diselesaikan, “ jelas Rahmawati Husein, MCP., Ph. D akademisi di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) saat mengisi acara “Workshop Program Kreatifitas Mahasiswa-Karya Tulis hari Kamis (8/1) di Mini Theater Gedung D Lt. 4 UMY. Acara ini merupakan sosialisasi dari Tim PIMNAS UMY untuk memberikan informasi terkait dengan PIMNAS 2015
Rahma melanjutkan bahwa isu-isu sosial politik yana bisa dijadikan sebuah karya ilmiah bisa dalam bidang Hubungan Internasional terkait masalah Tenaga Kerja Indonesia (TKI), yang hingga kini masih belum memiliki solusi konkrit. “Pada bidang Ilmu Komunikasi kita bisa meneliti terkait penggunaan komunikasi efektif. Sedangkan pada Ilmu Pemerintahan kita bisa mengambil fokus terkait dengan politik, karena sampai saat ini politik di Indonesia itu sangat labil setelah reformasi,” ujarnya.
Rahma juga menyampaikan bahwa maksud dari kontribusi pengembangan ilmu pengetahuan itu, sebenarnya meciptakan pengetahuan baru berdasarkan pengetahuan sebelumnya dengan cara melakukan penelitian yang ekstensif dan inovatif. Selain itu juga, membuat penelitian baru yang belum pernah dikembangkan oleh orang lain dan kemudian di publikasikan. “Penemuan baru itulah yang kemudian dapat digunakan oleh masyarakat dalam menyelesaikan masalah dan memberikan solusi yang konkrit pada masalah-masalah yang sebelumnya belum terpecahkan,” ungkapnya.
Akan tetapi, menurut pakar kebencanaan ini, seorang peneliti yang akan menuliskan sebuah karya ilmiahnya harus tetap berpegang pada kaidah-kaidah penelitian yang telah ditentukan. Selain itu juga menyesuaikan dengan pengetahuan dan bidang yang digeluti oleh peneliti tersebut. “Ada beberapa hal yang perlu diingat bahwa peneliti harus membuat penelitiannya sesuai dengan pengetahuan dan bidang yang digeluti. Sebab, ketika bidang itu sesuai maka ini akan meminimalisir kesulitan dalam pembuatan karya ilmiah. Meskipun ini juga tidak menutup kemungkinan bagi peneliti untuk mencoba bidang lain, tapi nantinya mungkin peneliti tersebut akan merasa kesulitan karena belum menguasai ilmunya,” ungkapnya.
Dosen Ilmu Pemerintahan UMY ini juga mengatakan, hal lain yang harus ditekankan dalam pembuatan karya ilmiah antara lain yaitu perlu banyak membaca jurnal ilmiah. Karena hal ini akan sangat membantu peneliti dalam menyusun karya ilmiahnya. “Peneliti itu perlu memperbanyak membaca literasi dan jurnal dalam membuat karya ilmiah atau penelitian, terlebih lagi jika yang melakukan penelitian itu mahasiswa. Sebab kelemahan mahasiswa yang terlihat sampai saat ini adalah kurangnya membaca literasi atau jurnal, padahal dengan membaca literasi atau jurnal kita akan mudah untuk mengasah kreativitas dalam mencari isu sosial dan politik yang seksi,” papar Rahmawati lagi.
Sementara itu, Dr. Hempri Suyatno, S.Sos., M.Si, Pembina PKM Universitas Gadjah Mada (UGM) yang turut menjadi narasumber dalam acara ini mengatakan, dalam pembuatan karya ilmiah juga perlu menyisipkan nilai-nilai edukasi dan ilmiah dan membaca buku panduan yang di berikan oleh Dikti. Sebab ini juga akan menjadi nilai plus, bagi mahasiswa atau peneliti yang ingin mengajukan penelitiannya kepada Dikti. “Yang paling penting diperhatikan agar karya ilmiah bisa diterima oleh dan lolos maka perlu menaati sistematika penulisan dan melengkapi administratif. Caranya dengan membaca buku panduan, sebab banyak tim yang tidak lolos karena administratifnya tidak lengkap,” jelasnya.
Adapun penelitian-penelitian yang dilombakan pada ajang Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) ini, seperti Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) Penelitian, PKMT (Penerapan Teknologi), PKMK (Kewirausahaan), PKMM (Pengabdian Masyarakat), PKM-KC (Karya Cipta), PKM-AI (Artikel Imiah), PKM-GT (Gagasan Tertulis). Dri PKM tersebut ada yang bisa lolos masuk PIMNAS ada yang tidak, seperti PKMP, PKMT, PKMK, PKMM, dan PKM-KC ini adalah PKM pokok yang akan terdaftar dalam PIMNAS, sedangkan untuk PKM-AI tidak bisa diloloskan dan untuk PKM-GT fifty-fifty. Artinya, bahwa PKM-GT ada dua kemungkinan ketika nilainya memenuhi standar maka akan diloloskan ke PIMNAS dan mendaptkan uang tunai dan bisa juga tidak diloloskan tapi tetap mendaptkan uang tunai sebesar 3 juta.
Ada perbedaan antara PKM-AI dan PKM-GT, PKM-AI adalah bahwa karya ilmiah mahasiswa ini berupa karya tulis atau artikel ilmiah yang mengacu pada kegiatan yang telah dilaksanakan, dalam penagjuan karya ilmiah ini dilakukan secara online. Sedangkan PKM-GT adalah bahwa karya ilmiah hanya berupa gagasana tanpa perlu di aplikasikan, jadi mahasiswa hanya membuat gagasan-gagasan baru untuk menyelesaikan masalah serta mengahsilakan solusi yang konkrit. “Bagi mahasiswa yang ingin membat karya ilmiah yang tanpa harus melakukan penelitian selama 6 bulan, bisa mengikuti PKM-AI atau PKM-GT, selain itu pembuatan karya ilmiah ini pun tidak memerlukan estimasi dana yang haus dibutuhkan dalam melakukan penelitian, “ jelas Sugito, S. IP., M. Si selaku Pembina Tim PIMNAS UMY.
Sumber : www.umy.ac.id