Konsep Indonesia Berkemajuan dinilai bisa menjadi strategi gerakan Muhammadiyah yang kontributif bagi dinamika kebangsaan. Hal itu terekam dalam salah satu sesi Kajian Ramadhan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur 1436 Hijriyah bertema “Tantangan Muhammadiyah Lima Tahun ke Depan” yang berlangsung pada Ahad lalu (28/7) di Dome Universitas Muhammadiyah Malang (UMM).
Sesi ini menghadirkan pembicara, ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Dr Haedar Nashir, sekretaris jenderal (Sekjen) PP Muhammadiyah Dr Abdul Mu’thi, dan Rektor UMM Prof Dr Muhadjir Effedy MAP. Dalam paparannya, Haedar mengatakan, gagasan Indonesia berkemajuan dapat terwujud jika Muhammadiyah bisa melakukan sinergi antar lini, terutama dengan berbagai kekuatan masyarakat sipil.
“Namun kita juga tidak boleh melupakan peran parpol (partai politik). Parpol terbukti sangat membatu peran kebangsaan kita, salah satunya terlihat dalam jihad konstitusi Muhammadiyah di mana kehadiran kader kita di lingkaran politik terbukti sangat berpengaruh,” kata Haedar.
Selain itu, kata Haedar, secara internal Muhammadiyah juga harus kuat dari sisi ideologis. “Seluruh pimpinan Muhammadiyah di masing-masing tingkat harus memiliki perspektif keislaman yang frame-nya Muhammadiyah. Ideologisasinya harus satu perspektif,” ujarnya.
Mangamini hal tersebut, Mu’thi mengatakan, konsep Indonesia Berkemajuan bisa menjadi spirit Muhammadiyah dalam melakukan perubahan substansial bagi bangsa ini. Salah satunya melalui amandemen terbatas Undang-Undang Dasar 1945. “Ada beberapa pasal yang menurut saya going too far.”
Di sisi lain, Muhadjir menilai, Muhammadiyah hingga saat ini bisa terus bertahan dan justru kian berperan penting lantaran memiliki tiga perangkat yang membuat ide bisa menjadi tindakan, yaitu kekuatan dari sisi arkeologi pengetahuan, serta kekuatan ideologis dan instrumentalis.
Dari sisi kedalaman gagasan, Muhammadiyah dinilai Muhadjir memiliki akar arkeologi pengetahuan yang kuat. Banyak organisasi yang menurut Muhadjir tidak bisa berkembang di Indonesia karena tidak memiliki silsilah pengetahun yang kuat.
Sementara dari sisi ideologis, Muhammadiyah dipandang berhasil mengembangkan sistem keyakinan pada anggotanya bahwa ber-Muhammadiyah merupakan cara ber-Islam yang terbaik. Adapun dari sisi instumentalis, Muhammadiyah memiliki banyak perangkat praktis yang membuat organisasi ini dapat mempraksiskan ide-idenya.
Lebih lanjut Muhadjir berharap, Muhammadiyah ke depan dapat memperkuat orientasi kemanusiaan-nya, yaitu membangun humanisme universal. Dengan begitu, Muhammadiyah dapat melampaui batas-batas orientasi pribadi (individualisme), kekerabatan (nepotisme), golongan (parokialisme), dan kebangsaan (nasionalisme). (han)
Sumber : Universitas Muhammadiyah Malang