Senin (18/05/2015) Balai Bahasa Jawa Tengah bekerjasama dengan Fakultas Bahasa dan Budaya Asing (FBBA) menyelenggarakan kegiatan “Sarasehan Bahasa dan Sastra Jawa” yang bertempat di Gedung NRC Unimus. Kegiatan sarasehan ini merupakan agenda rutin bulanan yang dilaksanakan oleh Balai Bahasa Jawa Tengah semenjak tahun 2014 dengan bekerjasama dengan institusi pendidikan se-Jawa Tengah.
Sarasehan ini dihadiri oleh Dinas Pendidikan Kabupaten dan Kota Semarang, komunitas bahasa Jawa se-Jawa Tengah, guru bahasa Indonesia dan bahasa Jawa SMP – SMA se-Kota Semarang, dosen dan mahasiswa Perguruan Tinggi se-Kota Semarang, serta dosen dan mahasiswa FBBA Unimus. Menurut Ketua Panitia (Diana Hardianti, M.Hum.) kegiatan sarasehan ini selain bertujuan untuk “nguri-uri” bahasa dan kebudayaan Jawa juga untuk menjaga silaturahim antara komunitas bahasa Jawa se-Jawa Tengah dengan mengadakan kegiatan-kegiatan yang bersifat rutin. Selain itu kegiatan ini juga diharapkan mampu mempertahankan kelestarian penggunaan bahasa Jawa sebagai bahasa ibu di daerah Jawa Tengah yang sudah mulai menunjukkan penurunan, seperti yang disampaikan oleh Sutarsih, M.Pd. (Balai Bahasa Jawa Tengah).
Menghadirkan dua orang narasumber yaitu Prof. Sahid Teguh Widodo, Ph.D. (Fakultas Ilmu Budaya UNS) dan Dr. Hardiwinoto, SE., M.Si. (Dekan FE Unimus) dengan moderator Dr. Sayono, SKM., M.Kes. diskusi sarasehan membahas mengenai penerimaan masyarakat Jawa terhadap budaya asing. Masyarakat Jawa sudah menunjukkan penerimaan terhadap budaya asing semenjak dahulu yang tergambar dalam penggunaan nama-nama Raja (seperti: Mangkubumi, Hamengkubuwono) dan simbol-simbol kerajaan berupa matahari dan bulan, yang menggambarkan sifat universal. Pada era globalisasi sekarang ini bahasa dan budaya Jawa mulai menghadapi “cybernatic virtual” yang selain menguntungkan juga dapat membawa kerugian. Oleh karena itu budaya Jawa memerlukan transformasi sesuai dengan kebutuhan jaman agar dapat terjaga kelestariannya. Kelestarian budaya Jawa dapat dipertahankan dengan menjaga keutuhan bahasa Jawa dalam penggunaannya yang dapat dimulai dari keluarga, masyarakat dan sistem sosial karena kerusakan bahasa akan menjadi pemicu terjadinya kerusakan budaya dan bangsa. Guna mencegah hal tersebut, Gubernur Jawa Tengah sudah menggalakkan penggunaan bahasa Jawa setiap hari Kamis di kantor – kantor pemerintahan.
Dengan menggunakan bahasa Jawa sebagai bahasa pengantar selama sarasehan berlangsung, ditampilkan pula suguhan tari dan tembang Jawa yang dipersembahkan oleh dosen dan mahasiswa FBBA Unimus yang menambah antusias para peserta. Mengangkat budaya dan tradisi daerah khususnya budaya Jawa merupakan hal yang patut diapresiasi karena hal tersebut merupakan upaya untuk menjaga keutuhan dan kelestarian budaya bangsa. (humas&jipc).
Sumber : UNIMUS