Bekerjasama dengan Ikatan Pengajar Bahasa Arab se-Indonesia (IMLA) dan King Abdullah bin Abdulaziz International Center for Arabic Language Riyadh-Arab Saudi, Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) menggelar seminar internasional Bahasa Arab dan Pembelajarannya yang berlangsung Rabu-Kamis (5-6/11) di basement UMM Dome.
Kegiatan yang diikuti lebih dari 300 pengajar bahasa Arab se-Indonesia itu menghadirkan para pakar Bahasa Arab dari Arab Saudi, Mesir, dan Indonesia. Salah satu isu paling menguat dalam seminar ini yaitu perlunya pendekatan modern dalam pembelajaran bahasa Arab agar bahasa ini tidak hanya menjadi bahasa tekstual agama (Islam), namun bisa menjadi bahasa publik yang juga digunakan untuk kepentingan ekonomi, politik dan sosial-budaya.
Syekh dari King Abdullah Center Arab Saudi Dr Majdi bin Muhammad Khawaji menilai, pendekatan morfologi dalam pembelajaran Bahasa Arab yang terlampau bertitik tumpu pada sisi tekstual-gramatikal dipandang kurang memadai untuk saat ini. Dalam memaknai al-Quran misalnya, menurut Majdi, pendekatan morfologi hanya dapat menangkap dimensi tersurat, dan tidak mampu menyentuh esensi yang lebih dalam.
Karena itu, Majdi menawarkan tafsir berbasis sastra agar pemaknaannya lebih komprehensif serta mampu menangkap maksud tersirat ayat-ayat al-Quran. “Dengan metode tafsir sastra, peran bahasa Arab bisa menjadi lebih bermakna,” paparnya.
Terkait peran Bahasa Arab tersebut, pakar Bahasa Arab asal Mesir Dr Ali Abdul Mun’im mengungkapkan, saat ini Bahasa Arab memang masih inferior jika dibandingkan bahasa asing lainnya. Baginya, Bahasa Arab selama ini hanya menjadi bahasa ritual bagi umat Islam, dan belum bisa menjadi bahasa komunikasi dalam urusan bisnis dan pariwisata.
Dalam konteks Indonesia, lanjut Ali, semestinya bahasa Arab sudah bisa menjadi bahasa publik dalam berkomunikasi seperti halnya bahasa Inggris. Untuk itu, Ali menyarankan perlunya manajemen internal di kalangan stakeholders bahasa Arab, khususnya dalam memperluas pengaruh bahasa ini dalam lingkup yang lebih luas.
“Saya kira kita perlu membangun kemitraan yang kuat dengan kalangan pengusaha, pekerja media, dan para pengambil kebijakan agar bahasa Arab bisa lebih dikenal. Misalnya saat ini sudah banyak turis dari Arab yang berkunjung ke Indonesia tapi sedikit sekali guide yang bisa berbahasa Arab. Nah, jika kita punya mitra dengan pengusaha di bidang pariwisata, maka ada ruang bahasa Arab bisa menjadi bahasa pariwisata,” terangnya.
Senada dengan itu, dosen program studi (Prodi) Bahasa Arab Fakultas Agama Islam (FAI) UMM Ahmad Fatoni menandaskan, selama ini standar kompetensi bahasa Arab masih diukur dari kemampuan membaca kitab berbahasa Arab saja, padahal sebenarnya penggunaannya bisa untuk kepentingan yang lebih luas. “Untuk itu, Prodi Bahasa Arab UMM akan terus memperkaya metode pembelajaran, agar lebih modern dan bisa menjadi bahasa komunikasi sehari-hari, tak hanya di bidang agama tapi juga bidang lain seperti bisnis dan pariwisata,” ujarnya.
Sementara itu Rektor UMM Dr Muhadjir Effendy MAP dalam sambutannya berharap agar kerjasama UMM dengan IMLA dan King Abdullah Center ini terus berlanjut, terlebih setelah dibukanya Prodi Bahasa Arab UMM. “Prodi ini masih sangat muda karena baru saja dibuka tahun ini, namun kerjasama dengan berbagai pihak bisa membuat Prodi ini berkembang pesat,” tuturnya.
Sekalipun Prodi Bahasa Arab di UMM baru dibuka tahun ini, namun sudah sejak lama FAI UMM membangun kerjasama dengan sejumlah institusi di Arab Saudi dalam hal pembelajaran Bahasa Arab. Setiap tahunnya, Kerajaan Saudi Arabia (KSA) selalu mengirimkan dosennya untuk mengajar di UMM, sebaliknya, sejumlah dosen UMM juga dikirim oleh KSA ke Arab Saudi untuk memperkuat kompetensi Bahasa Arab dan pembelajarannya. (han)
Sumber : www.umm.ac.id