Hari pendidikan nasional (Hardiknas) di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) ditandai dua kegiatan, Jumat (2/5). Yakni, upacara dan lomba majalah dinding perpustakaan. Upacara diikuti sekitar 700 orang yang terdiri dosen, karyawan dan fungsionaris mahasiswa.
Dalam amanatnya sebagai inspektur upacara, rektor Muhadjir Effendy, mengucapkan selamat kepada semua civitas akademika UMM yang hingga kini masih konsisten memperjuangkan kemajuan pendidikan di Indonesia. Sebagai bagian dari Muhammadiyah, UMM telah melaksanakan amanah bangsa dan persyarikatan dengan baik. Terbukti saat ini UMM telah memimpin perkembangan kemajuan bangsa melalui berbagai inovasi dan prestasinya.
Namun demikian, rektor mengingatkan agar tidak terlena dengan sanjungan, eluan dan tepuk tangan orang lain. Sebab, di tengah-tengah prestasi ini sesungguhnya banyak tantangan yang ada di depan mata.
“Di sekitar kita juga terus menerus melakukan inovasi, sehingga jika kita lengah tidak mustahil akan tertinggal,” kata rektor.
Apalagi tahun depan kita memasuki era AFTA, di mana sebagai negera paling potensial sebagai pasar, Indonesia akan mendapatkan serbuan produk dari negara lain. Rektor menyatakan, jika tidak menyiapkan diri dikuatirkan akan menjadi bangsa pasar yang kalah dengan negara-negara tetangga.
Untuk itu, lanjut rektor, UMM telah menyiapkan seluruh kaprodi untuk melakukan bench marking dan mencari partner universitas atau lembaga di luar negeri. “Ini tidak main-main, karena tidak ada pilihan selain harus berkolaborasi secara internasional sehingga kita dapat mengukur kelemahan sekaligus mencari partner untuk memperkuat institusi,” ujarnya.
Saat ini beberapa jurusan di UMM sudah memperoleh pengakuan dan partner di luar negeri. Namun rektor belum puas karena keharusan institusi terakreditasi A memang harus sudah go international.
Di sisi lain, rektor menggambarkan kondisi bangsa Indonesia 10 hingga 20 tahun ke depan. Pada era itu, Indonesia memiliki demographic dividend (bonus demografik). Jumlah penduduk produktif jauh lebih besar daripada yang tidak produktif.
Namun, tantangan era tersebut, kata rektor, adalah pada sumber daya manusia kita. Pada masa itu para lulusan universitas harus yang benar-benar siap bersaing dan sangat produktif.
“Jadi kita tidak bisa hanya menyiapkan lulusan yang siap kerja, tetapi lebih dari itu siap kerja yang bernilai dan sangat produktif,” kata rektor.
Tugas pendidik, lanjut rektor, harus menyiapkan agar lulusan UMM nanti benar-benar siap memasuki era itu. Harus bekerja keras dan amanah agar lulusannnya kelak benar-benar menikmati bonus demografi itu, menjadi bangsa yang benar-benar maju dan kompetitif.
Sementara itu, seperti tradisi tahun sebelumnya, UMM menyerahkan penghargaan kepada yang berprestasi. Mereka adalah mahasiswa, dosen, ketua prodi, dan karyawan berprestasi. Selain itu, dosen dan karyawan yang mengabdi selama 25 tahun atau lebih juga menerima penghargaan dan dana pembinaan. (nas)
Sumber : www.umm.ac.id