Bulan ramadhan bukan halangan relawan kemanusiaan untuk ke lokasi bencana. Puasa justru meningkatkan motivasi relawan untuk menebar ke baikan, membantu korban bencana di Adonara Timur. Begitulah kata Al Ghifari, ketua operasi kemanusiaan SARMMI (SAR Mapala Muhammadiyah Indonesia) untuk NTT, usai mengikuti rapat kordinasi bersama relawan dari IKIP Muhammadiyah Maumere (UM), yang diselenggarakan di Weiwerang, kecamatan Adonara Timur, Kabupaten Flores Timur, NTT (15/4). Al Ghifari menceritakan, di Weiwerang relawan SARMMI bersinergi dengan relawan dari CAMP STIE Muhamadiyah Jakarta, serta relawan dari IKIP Muhammadiyah Maumere yang berasal dari unsur Presma, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) dan Mamupa.
Di Weiwerang para relawan ini mendirikan posko kemanusiaan guna melakukan pendampingan warga korban banjir yang berada di Weiwerang dan Weiburak. Banjir ini disebabkan oleh siklon tropis seroja. Bersinergi pula di posko kemanusiaan tadi adalah IPM Nangahure, IPM Semamers dan Remas Al Hikmah. “Tiap sore kami buka puasa bersama, lalu taraweh. Kemudian sahur bersama. Paginya kami melakukan kerja kemanusiaan untuk warga terdampak banjir,” lanjut Al Ghifari.
Untuk efektifitas, relawan kemanusiaan dipecah menjadi tiga kelompok. Kelompok pertama membantu warga membersihkan puing-puing yang berserakan di banyak tempat di desa Weiwerang. Kelompok kedua membantu membersihkan mushola Mujahidin di komplek Koramil. Sedangkan kelompok ketiga gotong royong bersama warga Weiburak membersihkan puing-puing.
Tiap kelompok yang lebih dulu menyelesaikan pekerjaan, akan bergeser membantu kelompok lain. Hingga semuanya tuntas. “Disamping melakukan bersih-bersih, para relawan juga mendistibusikan kebutuhan dasar korban banjir berupa beras, air bersih, pakaian dan masih banyak lagi” jelas Al Ghifari.
Sementara Erni Rukimini, salah seorang perintis Mahupa yang dihubungi terpisah mengatakan, semua relawan berkeinginan agar kehidupan warga terdampak banjir segera pulih seperti sedia kala. “Keinginan itu ditunjukkan dengan bekerja _all out_ di lapangan. Lapar dan haus karena puasa, bukan penghalang bagi mereka untuk membantu sesama,” pungkasnya.