Puncak dari rangkaian kegiatan UM Surabaya untuk memperingati Milad ke-38 adalah Festival Literasi Semeru (FLS) pada Rabu (23/3) lalu. Kegiatan ini terlaksana di lereng Semeru, Desa Sumber Mujur, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang. Ada beberapa kegiatan yang terlaksana, di antaranya Sekolah Alam Raya, Anggrek Virtual Tour, hingga Gerakan Semeru Sehat.
Anggrek Virtual Tour merupakan agenda dari UM Surabaya untuk mengenalkan jenis-jenis anggrek yang ada. Selain pengenalan, akan berlanjut dengan sosialisasi cara teknis budi daya anggrek-anggrek yang ada. Radius Setiayawan, Manager Director FLS 2022, menjelaskan mengenai kegiatan tersebut. “Warga lokal yang sudah bertahun-tahun bergelut dengan anggrek akan memandu kegiatan ini. Para relawan Mahasiswa Tanggap Bencana (Matana) UM Surabaya juga akan membantu,” ujarnya dalam situs resmi UM Surabaya.
Beberapa relawan dalam Matana UM Surabaya memang telah membantu warga lokal untuk menyusuri gunung untuk melihat satu per satu habitat anggrek. Hal ini mereka lakukan usai erupsi Semeru ketika telah memastikan kondisinya tidak mengganggu. Warga lokal, panggilan akrabnya Cak Saif, menjelaskan hal tersebut. “Berbagai anggrek yang unik dan menarik kita temui di sana,” jelasnya. Di antara ratusan anggrek yang ada, ada tiga jenis anggrek yang menarik. Ketiganya adalah, pertama, anggrek terkecil di dunia, Corybas Pictus; kedua, anggrek permata, Macodes Petola; ketiga, anggrek hantu, Chilosita Javanica.
Mahasiswa relawan Matana UM Surabaya, Syahril Ali Syabana, menjelaskan mengenai salah satu dari ketiga anggrek tersebut dalam Festival Literasi Semeru (FLS). “Anggrek permata punya ciri khas, daunnya menyemburkan kilauan seperti permata, terutama pada malam hari. Pengelola Taman Nasional Bromo Tengger Semeru menyatakan status tanaman jenis tersebut dilindungi,” paparnya.