Kalau kita bicara Islam Berkemajuan, pasti arah kita adalah Islam yang Rahmatan Lil’alamin. Begitu papar Prof. Dr. Sofyan Anif, M.Si, pada tausiyah mengenai “Kekuatan Ilmu menjadi Pilar Islam Berkemajuan”, di Islamic Centre Madiun, Minggu (08/01/2023).
Rektor UM Surakarta sekaligus UM Madiun ini juga menceritakan sebuah cerita dalam hadist yang diriwayatkan oleh Abu Jafar dan Abdullah bin Masud. Dalam percakapan riwayat diceritakan, Rasulullah ketika akan masuk ke masjid, didatangi oleh pemuda. Rasulullah saya sebaiknya ikut majelis yang itu (majelis ilmu) atau itu (majelis dzikir). Kemudian Rasulullah menjawab dengan menunjuk ke majelis ilmu.
Dalam kajiannya, Prof Anif menceritakan sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Abu Jafar dan Abdullah bin Masud. Dalam percakapan riwayat diceritakan, Rasulullah ketika akan masuk ke masjid, didatangi oleh pemuda. Rasulullah saya sebaiknya ikut majelis yang itu (majelis ilmu) atau itu (majelis dzikir). Kemudian Rasulullah menjawab dengan menunjuk ke majelis ilmu.
Dia menjelaskan maksud dari jawaban tersebut yaitu bahwa di dalamnya ada proses belajar-mengajar. “Majelis dzikir juga bagus, mereka berharap untuk mendapatkan pahala dari Allah, tetapi apakah diterima atau tidak itu belum tentu. Tergantung keikhlasan daripada orang-orang yang sedang berdzikir. Tapi di sini, di dalamnya ada proses belajar mengajar, dari yang tahu kepada yang tidak tahu, dari yang sudah punya ilmu kepada yang tidak punya ilmu,” jelasnya. Lanjutnya, dalam riwayat hadist tersebut Rasulullah diutus Allah semata-mata menjadi guru (mualliman).
Muhammadiyah sangat berkomitmen terhadap ilmu seperti dengan mendirikan sekolah atau majelis-majelis ilmu. Dia menerangkan bahwa perbincangan antara Nabi Muhammad dengan pemuda tersebut menjadi dasar bahwa Islam harus memprioritaskan majelis ilmu, jangan sampai melupakan isinya dan lupa mengimplentasikan isi dari Al Quran.
Mengutip firman Allah dalam Surah An-Nisa ayat 9, menurut Anif, menjadi sebuah peringatan untuk tidak sampai meninggalkan generasi yang lemah iman, lemah fisik, lemah ilmu. “Ini tugas kita (orang tua), yang tidak bisa lepas di pundak kita. Membangun generasi, berarti membangun kekuatan Islam ke depan, generasi yang kuat. Bukan yang disindir oleh Allah dalam Surah An-Nisa ayat 9 tadi, meninggalkan generasi lemah,” terangnya.
Dengan kekuatan ilmu, memberikan modal yang kuat bagi terbentuknya Islam yang berkemajuan, seperti yang telah diimplementasikan oleh Muhammadiyah.
Di hadapan para hadirin yang memenuhi halaman depan Islamic Centre Madiun, Sofyan Anif menyatakan bahwa dengan adanya ilmu, maka ilmu akan menjadi cahaya dan petunjuk, baik itu ilmu agama maupun ilmu pengetahuan. Jangan hanya tadarus saja, tetapi juga harus memahami isi dan mengamalkannya.