Talkshow international bersama Alya Lawindo, gadis minang mahasiswa American University, Washington DC sekaligus Aktivis Minang di Amerika, Rabu, 11 Januari 2023 di Kampus I Padang Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat.
Talkshow international yang diadakan oleh BEM UM Sumatera Barat menghadirkan Alya Lawindo, gadis minang yang menjadi mahasiswa American University, Washington DC sekaligus aktivis minang di Amerika. Terlahir dan dibesarkan di Negeri Paman Sam, tidak membuat Alya Lawindo kehilangan jati dirinya sebagai gadis minang.
Alya Lawindo mengatakan generasi muda harus dibekali ilmu agama, adat, dan budaya, agar mereka tidak salah dalam melangkah apalagi berada di negeri orang. Meski kini orang Minang telah tersebar ke seluruh penjuru dunia, falsafah Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah membuat orang Minang menjadikan Islam sebagai satu-satunya landasan dan pedoman tata pola perilaku dalam kehidupan.
Wakil Rektor II UM Sumatera Barat Dr. Mursal, M. Ag, dalam sambutannya mengatakan bahwa Alya Lawindo lebih minang dari orang yang terlahir di ranah minang. “Selamat datang di ranah minang Alya Lawindo. Menurut saya, Alya Lawindo lebih minang dari pada orang yang terlahir di ranah minang. Dia fasih berbahasa minang, lebih mengetahui adat dan budaya Minangkabau itu sendiri” kata beliau.
Hal tersebut tidak terlepas dari didikan yang diberikan oleh orang tua Alya Lawindo sedari kecil. Sejak kecil Alya telah diajarkan tentang agama dan adat minang. “Setiap Jum’at saya diajak ayah ikut jum’atan. Dirumah, ibu dan ayah juga selalu menggunakan bahasa minang” tuturnya. Selain itu dari kecil Alya juga mulai belajar tarian dan lagu minang. Keterampilannya terus diasah hingga kini dia telah fasih berbahasa minang, menyanyikan lagu minang, berpantun, dan bermain randai seperti orang minang pada umumnya.
Di Amerika Alya juga mengajar anak-anak mengaji. Tak hanya itu, bersama Rumah Gadang usai, Alya tampil dalam berbagai pertunjukan, mempromosikan budaya minang ke berbagai penjuru negara adidaya tersebut. “Saya mengikuti bermacam festival di antaranya Richmond Folklife Festival, Smithsonian Folklife Festival, the Kennedy Center, dan negara bagian lain. Di samping itu kami sering mengisi acara budaya di KBRI Washington DC,” paparnya. Disaat pandemic covid-19 kemarin, Alya juga diundang mengisi seminar virtual sebagai ‘padusi milenial’ yang diadakan oleh Diaspora Network.
Direktur pusat Study Islam Minangkabau, Isral Naska, MA mengatakan bahwa generasi muda Minangkabau zaman sekarang mengalami krisis identitas. Banyak diantara mereka yang belum mengenal sumbang 12 di ranah minang. “Terima kasih kita ucapkan kepada Alya Lawindo yang telah memenuhi undangan UM Sumbar, aktivis perempuan Minangkabau yang lahir dan besar di Amerika tetapi masih menjunjung tinggi nilai-nilai Minangkabau”, tambahnya. Dipenghujung acara, Alya mengatakan bahwa “teman-teman yang terlahir dan dibesarkan di ranah minang benar-benar lucky,” pungkas Isral.