Dalam waktu dekat, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) akan meluncurkan Cancer Unit di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Untuk mewujudkan hal itu UMY menggandeng Munster University Jerman dan Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta sebagai mitra.
Rencana ini diwujudkan dengan kunjungan perwakilan dari Munster University Jerman Ralph J Lele dan Bambang Dwipoyono selaku Medical Director Rumah Sakit kanker Dharmais ke kampus terpadu UMY, beberapa waktu lalu.
“Kami ingin membuat cancer center, tapi untuk tahap awal kita akan buat cancer unit di PKU Muhammadiyah Jogja dan untuk researchnya di FKIK UMY. Kami harapkan bisa terwujud secepatnya. Kalau bisa tahun ini,” ujar Dekan FKIK UMY Ardi Pramono, seperti dinukil dari situs UMY, Rabu (20/11/2013).
Ardi mengungkap, UMY dan Munster University Jerman telah memiliki MoU kerjasama sebelumnya. Hal itu diwujudkan dengan peluncuran Cardiovascular Center of Excellent oleh kedua Universitas di FKIK UMY.
Selain kembali menggandeng Munster University, dokter spesialis anastesi itu menambahkan, kerjasama kali ini juga melibatkan Rumah Sakit Kanker Dharamais. “Kami sudah ada kerjasama sebelumnya. Sekarang Universitas Munster mengajak Dharmais karena telah memliki pengalaman,” jelasnya.
Sementara itu, Ralph J Lele menyebut, pendidikan kedokteran perlu memiliki pembahasan khusus tentang kanker kepada mahasiswa. Pembahasan tersebut dilakukan baik melalui kuliah atau diskusi, bahkan dimasukkan dalam kurikulum.
“Pendidikan kedokteran perlu memberikan pembahasan khusus tentang kanker pada mahasiswa melalui diskusi atau bahkan memasukkan informasi tentang kanker pada kurikulum, begitu pula untuk pendidikan keperawatan,” tutur Ralph.
Dia menilai jumlah dokter dan perawat yang menangani kanker harus ditingkatkan baik jumlah dan kualitasnya. “Tingkatkan lagi pengetahuannya melalui pendidikan agar penanganan kanker dapat ditangani secara komprehensif,” ungkapnya.
Senada dengan Ralph, Bambang Dwipoyono berpendapat, penyakit kanker tidak dapat ditangani oleh satu disiplin ilmu kedokteran saja. “Kanker harus ditangani oleh semua disiplin keilmuwan. Tidak bisa hanya satu dokter dan menghandalkan kemoterapi dan radiasi saja,” papar Bambang.
Dia menyebut, kanker menjadi momok karena saat ini penyakit tersebut menempati peringkat ketiga penyakit yang paling banyak menyebabkan kematian di dunia, dan proyeksikan akan menempati peringkat pertama pada 2030. Apalagi, lanjutnya, kanker banyak terjadi di negara berkembang.
“Indonesia belum memiliki registrasi kanker yang sifatnya terstruktur dengan baik. Harus banyak sosialisasi tentang kanker ke masyarakat. Di media banyak kita lihat iklan yang bilang dapat menyebuhkan kanker dengan berbagai metode tapi kita tdak tahu itu benar atau enggak,” imbuhnya.
Menurut Bambang, paling tidak ada tiga langkah yang dapat dilakukan masyarakat untuk melakukan pencegahan dini penyakit kanker. Pertama masyarakat harus mencari tahu apakah memiliki faktor risiko kanker, setelah itu melakukan konsultasi medis, dari situ akan diketahui masyarakat menderita kanker atau tidak. (mrg)
Sumber : Margaret Puspitarini – Okezone