Majelis Diktilitbang PPM kembali mengadakan Leadership Training (LT) angkatan ke-VI bertempat di di PPPPTK Seni Budaya Yogyakarta, Senin-Sabtu (17-22/01). Kegiatan yang diikuti sekitar 44 Pimpinan Perguruan Tinggi Muhammadiyah ‘Aisyiyah (PTMA) ini bertujuan untuk menyiapkan pimpinan PTMA masa depan yang siap menghadapi tantangan dalam lingkup internal kampus, Persyarikatan, nasional, hingga global. “PTMA adalah bagian dari Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) yang menjadi media dakwah Persyarikatan. Dengan mengikuti LT, akan menjadikan AUM siap dengan berbagai tantangan dan peluang yang dapat dimanfaatkan untuk perkembangan PTMA,” begitu pungkas Muh Samsudin, Direktur Leadership Training sekaligus Sekretaris Majelis Diktilitbang PPM.
Kegiatan yang berkerjasama dengan Majelis Pendidikan Kader (MPK) PPM ini turut dihadiri Ketua Umum PP Muhammadiyah, Prof. Haedar Nashir secara daring, Wakil Ketua Majelis Diktilitbang PPM Prof Chaeril Anwar, Muhammad Sayuti Sekretaris Majelis Diktilitbang PPM, Drs. Husni Amriyanto, M.Si mewakili MPK, Tim Asistensi Majelis Diktilitbang dan tamu undangan. Prof Chaeril Anwar berharap melalui LT para pimpinan dapat saling menimba pengalaman dan saling taawun antar PTMA. “Salah satu prinsip dari LT ini yaitu saling maju bersama dan tidak ada yang tertinggal,” pesannya sekaligus membuka kegiatan.
Prof. Haedar Nashir dalam penyampaian amanahnya menyebutkan kunci dari pergerakan atau sebuah sistem yaitu adanya pemimpin dengan fungsi kepemimpinannya. Kepemimpinan Nabi dapat dirujuk sebagai implementasi nilai dalam sistem pendidikan tinggi melalui kepemimpinan PTMA untuk menerjemahkan kepemimpinan Nabi dan kepemimpinan berbasis nilai Islam pada kehidupan yang nyata. Prof Haedar melanjutkan, kepemimpinan di PTMA perlu ada format kepemimpinan yang bersifat kepemimpinan transformatif yang mendukung perubahan dan daya saing.
Dalam konteks Islam, kepemimpinan transformatif adalah adanya proses internalisasi agar mendarah daging dan institusional agar melembaga. Mengutip dari Al-Mawardi yang mengkonseptualisasikan Kepemimpinan Nabi yaitu Kepemimpinan Profetik yang ciri utamanya ada 2 yaitu pertama, menegakkan nilai agama dan Kedua yaitu siyasah. “Nilai agama harus menjadi komitmen semua pemimpin di lembaga keislaman termasuk lembaga pendidikan. Agama harus ditegakkan dan penegakan harus diimplementasikan pada pemahaman, behaviour, dan aksi. Ini menjadi komitmen pendidikan holistik agar kita menjadi bagian dari sistem pendidikan itu. Kedua, yaitu siyasah atau mengurus sesuatu dengan baik,” paparnya. Pemahaman kepemimpinan transformatif adalah (1) Adanya wibawa moral dan keteladanan, (2) kemampuan mobilisasi potensi, (3) kemampuan mengagendakan perubahan, dan (4) memproyeksikan masa depan.