WAKAF bukanlah masalah yang mendunia, namun bagi negara mayoritas Muslim seperti Indonesia dan Malaysia, wakaf merupakan persoalan yang amat krusial. Untuk itulah, tiga institusi Islam Asia Tenggara, yaitu Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Ikatan Ahli Arkeologi Malaysia (AMA), dan Yayasan Musa Asia (YASMA) Kamboja, berupaya mengupas topik itu pada The Third International Seminar on Islam in Asia 2014, yang berlangsung di Auditorium UMM Inn, Kamis-Jumat (30-31/1).
Menurut Direktur Program Pascasarjana UMM Dr Latipun MKes, kegiatan serupa, yaitu seminar internasional tentang Islam di Asia seri pertama dan kedua, sebelumnya telah dilangsungkan di Kamboja dan Malaysia, yang juga merupakan hasil kerjasama tiga institusi ini. “Karena itu, UMM berinisiatif menjadi tuan rumah seminar seri ketiga ini agar kegiatannya juga bisa diadakan di Indonesia,” papar Latipun.
Sementara itu presiden AMA Malaysia Prof Dato Dr Nik Hassan Suhaimi Nik Abdul Rahman menyebut kerjasama tiga institusi ini akan sangat produktif bagi pengembangan isu-isu Islam di Asia. Menurutnya, sangat banyak masalah unik yang dihadapi negara Muslim di Asia yang tidak pernah dialami sebagian besar masayarakat dunia, sehingga seringkali tidak terjamah pendekatan ilmiah. “Di sinilah relevansi kerjasama ini, agar kita dapat membedah isu-isu yang benar-benar sesuai dengan konteks kebutuhan praktis masyarakat kita, dan dengan pendekatan ilmiah,” paparnya.
Kepala YASMA Kamboja Prof Madya Dr M Zein Musa menambahkan, dipilihnya UMM sebagai partner ini sangat tepat, mengingat UMM merupakan kampus Muhammadiyah terbesar di Indonesia. Sebagaimana diketahui, lanjutnya, masalah wakaf ini sangat dekat dengan Muhammadiyah. “Saya banyak belajar tentang Muhammadiyah, dan saya tahu, organisasi ini mendapat banyak manfaat dari hibah dan wakaf,” ujarnya.
Selain pakar dari AMA dan YASMA, yang juga menjadi pembicara pada seminar internasional ini yaitu guru besar hukum Islam dari internastional Islamic University Malaysia (IIUM) Prof Madya Dr Azman Mohd Noor, pakar wakaf dari Australia Robert John Pope, serta beberapa akademisi dari UMM, yaitu Prof Dr Syamsul Arifin MSi, Prof Dr Tobroni, Dr Moh Nurhakim, dan Ainur Rofiq PhD.
Seminar ini tidak hanya diikuti perwakilan dari Indonesia, Malaysia dan Kamboja, namun juga sejumlah akademisi dan praktisi dari Thailand, Australia dan Filipina. Ke depan, menurut Zein Musa, kerjasama ini akan berkembang dan diperluas meliputi berbagai komunitas dan institusi Islam di berbagai belahan Asia yang peduli terhadap perkembangan isu-isu khas masyarakat Muslim, khususnya di lokalitas Asia Tenggara. (han)
Sumber : www.umm.ac.id