Belajar kehumasan adalah perihal menghubungkan banyak pihak dan stakeholder baik internal maupun eksternal. Humas dapat berperan sebagai penghubung agar terciptanya kesepahaman antar kedua belah pihak. Hal ini disampaikan Prof Dr Widodo Muktiyo SE MCom pada kegiatan Silaturahmi Asosiasi Pendidikan Ilmu Komunikasi (Silat APIK) yang diselenggarakan Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida). Dalam materinya beliau menyampaikan tugas seorang humas dan korelasinya dengan personal branding setiap individu. “Hal ini juga berlaku bagi diri kita sebagai individu yang disebut dengan personal branding. Ini menjadi penting karena setiap dari kita memiliki kekuatan untuk membrandring diri sendiri,” paparnya.
Branding juga dibutuhkan bagi sebuah organisasi terutama sebuah perguruan tinggi. Kampus juga perlu memahami bahwa dalam sebuah perguruan tinggi intangible assests itu lebih penting dibandingkan dengan tangible. Bangunan, sarana, dan prasarana dapat disulap menjadi lebih baik, namun reputasi dan image itu tidak bisa disulap begitu saja. “Maka hal yang juga penting yakni intangible yang perlu dimainkan dengan baik di era komunikasi dan digital communication,” paparnya.
Peran humas sangatlah penting, untuk itu mahasiswa maupun dosen diharapkan mampu mengaktualisasikan kehumasan dalam diri masing masing dan punya implikasi pada organisasi hingga peradaban bangsa Indonesia. Salah satu contoh tagline yang berhasil di buat oleh humas pada saat Muktamar ke-48 yakni “Memajukan Indonesia Mencerahkan Semesta”. Dengan makna yang mendalam itu Prof Widodo mengapresiasi kinerja humas di Muhammadiyah. Tidak hanya peran dan fungsi penting sebagai public relation tapi kapan awal mula negara Indonesia melakukan kegiatan kehumasan juga dipaparkan dalam kesempatan kali ini. Ia menegaskan bahwa pentingnya humas dalam meningkatkan kompetensi komunikasi. “Kompetensi komunikasi adalah kompetensi jantung, hidupnya institusi, organisasi, dan bangsa ini,” paparnya. Tak lupa ia juga mendorong agar humas dapat melek dalam era digitalisasi. “Kita bisa bertahan 5 hingga 10 tahun kedepan bukan kerena kita anak orang kaya atau pejabat, tetapi orang-orang yang mau adaptasi. Siapapun kita yang tidak mau beradaptasi akan tertinggal. Nah mari kita songsong teknologi yang sudah disiapkan government tadi untuk kegiatan perilaku ekonomi produktif,” pungkasnya.