Prestasi membanggakan kembali diraih Makmun MPd, Dosen Prodi Pendidikan Seni Rupa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar. Selama tiga pekan Ramadhan, ia telah berhasil meraih empat penghargaan internasional. Jumlah tersebut menambah total penghargaan yang ia kumpulkan hingga mencapai 20 lebih penghargaan internasional sejak 2020.
Keempat penghargaan tersebut yaitu, pertama, penghargaan dari asosisasi desainer di Catalunya Spanyol, karena terlibat dalam pameran selama dua tahun seputar COVID-19. Even ini berkolaborasi dengan UNESCO. Kedua, Semarang Internasional Cartoon Exhibition (SICE) 2022. Pada kontes ini makmun berhasil masuk dalam 100 besar kartunis terbaik, dari 2600 kartunis yang ikut berkompetisi. Ketiga, First International Caricature Contest di Mesir. Kontes ini bukan hanya diikuti kartunis dari kawasan Timur Tengah, melainkan dari berbagai belahan dunia. Keempat, kartunis terpilih dalam Babad.id Cartoon Exhibition dengan tema “Wayang as Nation’s Masterpiece”. Lomba ini juga diikuti kartunis dari berbagai negara.
Mahasiswa S-2 Universitas Negeri Makassar ini mengungkapkan, Ramadhan bukan hanya menambah kenikmatan dalam beribadah namun juga memberikan energi positif dan kreatifitas dalam berkarya. “Biasanya saya menggambar setelah menunaikan kewajiban mengajar. Tak terasa, sudah ada beberapa gambar selesai sebelum waktu berbuka,” ungkapnya. Ia menambahkan, ibadah puasa dan seni kartun memiliki kesamaan pada aspek penguatan spiritualitas. Spiritualitas mampu memberikan makna terhadap peristiwa keseharian sehingga agama dan seni memungkinkan untuk melihat peristiwa sehari-hari dengan kacamata berbeda.
Secara umum, karya-karya Amoeng panggilan akrab Makmun menyuarakan keadilan, dengan mengkritik para penindas dengan pendekatan humor. Berbagai kompetisi internasional yang diikuti Amoeng, biasanya mengangkat isu-isu global. Namun penyelenggara mencari para pekerja kartin yang memiliki cara pandang yang berbeda.
“Kreativitas menvisualkan idea adalah hal utama, dan pada dasarnya tema yang saya angkat menjadi kartun, adalah menyuarakan kaum tertindas dan menarik empati dunia. Saya berupaya membahasakan kejadian terburuk yang terjadi baik dari segi aspek social, ekonomi, politik, kemanusiaan, lingkungan dan lain sebagainya. []Unismuh/Diktilitbang