Pembelajaran pada hakekatnya adalah suatu proses interaksi antar siswa dengan guru, siswa dengan siswa, dan siswa dengan sumber belajar. Ketiga relasi tersebut dapat berjalan dengan baik dalam pembelajaran bilamana para pelaku pembelajaran (guru dan siswa) dapat membangun pembelajaran yang bermutu. Pembelajaran yang bermutu berawal dari guru yang perlu melihat kondisi siswa, baik dalam hal pengetahuan maupun pengalaman yang dimiliki. Kegiatan pembelajaran perlu dikondisikan sedemikian rupa yang membuat siswa belajar dengan nyaman dan tanpa tekanan.
Seorang guru sangat memahami bahwa semua siswa berbeda satu sama lainnya, dan mereka belajar dengan model yang cocok dengan kebutuhan dan kecenderungan mereka masing-masing. Seorang guru yang menggunakan prosedur mutu terpadu harus menangkap secara serius isu-isu tentang gaya dan kebutuhan pembelajaran untuk menciptakan strategi individualisasi dan differensiasi dalam pembelajaran. Siswa adalah pelanggan utama, dan jika model pembelajaran tidak memenuhi kebutuhan individu masing-masing mereka. Maka, guru tersebut tidak dapat mengklaim bahwa ia telah mencapai mutu terpadu dalam pembelajaran (Edwar Sallis, 2010).
Guru harus memahami bahwa beberapa siswa juga suka pada kombinasi beberapa gaya belajar dan guru harus mencoba untuk cukup fleksibel dalam memberikan pilihan tersebut. Untuk itu, strategi belajar yang diterapkan guru tidak boleh hanya satu yang membuat siswa bosan. Guru dapat memberikan beberapa model pengajaran dan pembelajaran terhadap para siswa. Di sini guru dituntut untuk dapat menguasai berbagai metode dan strategi pembelajaran.
Salah satu adagium yang tepat untuk menunjukkan pentingnya strategi pembelajaran adalah al-tariqah ahammu min al-maddah, strategi lebih penting dari materi. Adagium ini menunjukkan relasi antara materi dan strategi pembelajaran, bahwa sebaik apa pun materi pembelajaran yang dibuat oleh guru jika tidak disampaikan dengan cara yang tepat maka tidak akan bermakna sebagaimana yang diharapkan. Tentu ini tidak boleh dimaknai bahwa materi tidak penting, bahwa ketika materi yang sudah dibuat secara ideal harus segera diikuti oleh pilihan strategi penyampaian secara tepat. Ketepatan dalam pemilihan strategi pembelajaran akan mempengaruhi ketercapaian tujuan pembelajaran sehingga secara mikro harus ditemukan strategi dan pendekatan pembelajaran yang efektif di kelas.
Selain dari kemampuan guru dalam melihat kondisi siswa dan kemampuan memberikan beberapa model pengajaran dan pembelajaran terhadap siswa, evaluasi pembelajaran juga harus menjadi proses berkelanjutan yang tidak boleh diabaikan. Evaluasi tidak hanya mengedepankan evaluasi hasil tapi yang tidak kalah pentingnya adalah evaluasi proses. Seorang guru dalam melaksanakan evaluasi pembelajaran dituntut untuk mengevaluasi secara menyeluruh terhadap siswa, baik dari segi pemahamannya terhadap materi yang telah diberikan (aspek kognitif), maupun dari segi sikap dan penghayatan (aspek afektif), dan pengamalannya (aspek psikomotorik). Ketiga aspek tersebut sangat erat sekali dan bakan tidak dapat dilepaskan dari kegiatan evaluasi pembelajaran. Hasil dari proses evaluasi harus dibicarakan kepada siswa, dengan tujuan untuk melengkapi hasil evaluasi.
Dalam pembelajaran yang bermutu, peran seorang guru sangat menentukan. Kemampuan guru dalam memahami siswa baik dalam hal pengetahuan maupun pengalaman, kemampuan dalam pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran menjadi faktor utama dalam menghasilkan pembelajaran yang bermutu. Oleh karena itu, komitmen dan profesionalisme seorang guru terus selalu ditingkatkan baik secara individual maupun institusional, agar betul-betul menjadi seorang guru yang bermutu sehingga mampu mengkonstruksi pembelajaran yang bermutu pula.
Oleh: Hendro Widodo, M. Pd
Penulis Dosen Prodi PGSD UAD Yogyakarta
I just want to mention I am just new to blogging and honestly savored this web page. More than likely I’m want to bookmark your site . You absolutely have exceptional articles and reviews. Thank you for sharing with us your blog.