Berbicara mengenai kurikulum, masih banyak diantara kita yang hanya menganggap kurikulum hanya sekedar daftar mata kuliah saja. Beberapa PTM masih menaggap kurikulum hanya sebagai kewajiban regulator dan sekedar memenuhi permintaan pemerintah semata. Begitulah pemaparan Prof Edy Suandi Hamid saat membuka Workshop Pengembangan Kurikulum Pendidikan Tinggi Muhammadiyah ‘Aisyiyah, di Hotel Santika Premiere, Jumat (30/08).

Prof Edy melanjutkan, evaluasi kurikulum bukan hanya sekedar laporan administrasi secara formal namun harus terencana dan memenuhi beberapa aspek di dalamnya. “Ketika mahasiswa lulus dari PTMA, kita harus tahu sejauh mana mahasiswa menyerap apa yang sudah kita rencanakan dari kurikulum itu,” paparnya.

Artinya, mahasiswa dapat menyerap berbagai kompetensi yang terdiri dari knowledge, skill, dan akhlak. “Dalam konteks akhlak, bagaimana kurikulum tersebut dapat mengandung karakteristik Muhammadiyah yaitu Al-Islam Kemuhammadiyahan.” Ia melanjutkan, kurikulum harus selalu dinamis, hal ini terkait beberapa aspek yaitu kurikulum sebagai tuntutan perkembangan ilmu pengetahuan serta mahasiswa, masyarakat, dan stakeholder yang juga menuntut kita untuk terus melakukan evaluasi.

Prof Edy menegaskan, dosen harus belajar serta terus melakukan inovasi, “Innovate or die, kalau kita selalu statis maka kita akan tergilas oleh seleksi alam. Perguruan kita, prodi kita akan dikalahkan dengan yang lain,” tegasnya.

Bekerjasama dengan UM Surabaya, pelatihan ini juga dihadiri, Dr. dr. Sukadiono, MM selaku Rektor UM Surabaya beserta wakil rektor, Ketua BPH UM Surabaya, dan jajaran lainnya. “Saya yakin ini akan menjadi dampak yang baik pada kita sebagai PTMA, saya merasa banyak keberkahan yang kita dapat dari bersedianya kita untuk memberikan kontribusi pada persyarikatan,” tutup Dr. dr. Sukadiono.

Kurikulum PTMA, Innovate or Die

You May Also Like

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *