Catatan Ruspeni Daesusi
Dosen Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surabaya

MANGROVE di wilayah konservasi Baluran berbatasan langsung dengan daratan pantai Bama. Memasuki area, kami menapak dari arah daratan pantai mengikuti jalanan selebar tiga meter. Tentu saja transportasi bermesin dilarang menerobos. Dokar dan becak pun dipastikan tak bisa dikendarai di sini. Makin ke pedalaman jalan makin sempit, bahkan  tertutup belukar berduri.

Namun, wilayah ini tak pernah surut dari jejak kaki penjamah yang berkepentingan bukan untuk rekreasi. Memang ini bukan tempat rileks. Gerombolan sang penyucup darah siap melandaskan aksinya begitu bertemu manusia. Untuk kulit yang peka, liur nyamuk hutan ini bisa membuahkan bentol-bentol.

Rhizophora popular dengan sebutan bakau, menjadi penguasa mangrove. Ketinggiannya sekitar 10 meter. Keliling batang hampir 100 cm. Karakteristik khususnya ialah munculnya akar-akar yang berkembang di atas tanah, berbentuk seperti kaki-kaki penopang.

Itulah akar tunjang, berfungsi mengokohkan batang sebagai bentuk adaptasi di tempat tergenang, sekaligus membantu menghirup oksigen. Tingginya bisa mencapai lebih dari rata-rata mahasiswi yang sekitar 155 cm, peserta fieldtrip Baluran ini.

Tim fieldtrip ekologi membuat petak 20m x 20m di tengah area yang sedang surut airnya. Tugas dibagi. Ada yang merentangkan tali, mengukur batang Rhizophora, menghitung anakan, mencatat, mendokumentasi. Melakukan tugas tersebut harus pakai panjat memanjat, agar mengimbangi ketinggian tubuh Rhizophora.

Jadilah si akar tunjang dinaiki, dipanjat, diinjak-injak, ditongkrongin, dienjot-enjot. Organ penunjang ini hanya sekira 5-10 cm diameternya, namun punya daya topang luar biasa. Juga daya lenturnya. Jangan takut patah. Bahkan sejenak bisa bersandar dan merebahkan tubuh di sana. Namun jika lengah agar tak jatuh karena diameter akar tak selebar tubuh manusia.

Daun-daun mungil bakau sanggup melindungi pasir dari pukulan air langit. Mentari membagikan sinarnya melalui celah daun mencapai dasar hutan. Ikan, kerang, keong, dan biota air lain, tampak berkeliaran sejenak lalu menyusup ke dalam pasir. Mereka nyaman tenteram sejahtera beradu, beranak pinak, di balik kokohnya akar mangrove beralas pasir putih tak berlumpur, yang sanggup menahan jejak kami tanpa terperosok.

Setiap jenis organisme bersama-sama memainkan peran sesuai kadarnya sebagai komponen suatu ekosistem. Begitulah Allah mengatur keberlangsungan kehidupan mangrove Baluran, Afrika van Java.

Sumber : Universitas Muhammadiyah Surabaya

Manusia Liliput dari Baluran

You May Also Like

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *