“Bungkuslah mayat saya dengan bendera Muhammadiyah.”
Begitulah wasiat Soekarno, presiden pertama Republik Indonesia kepada pemimpin Muhammadiyah, seperti yang ditulis oleh mantan ketua KPK, Dr. H.M. Busyro Muqoddas, S.H., M.Hum. dalam makalahnya. Hal itu disampaikan pada pengajian pemimpin Muhammadiyah DIY, Ahad (26/42015) malam, di kampus I Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta.
Menurutnya, wasiat tersebut menunjukkan bahwa Soekarno jatuh cinta kepada Muhammadiyah. Fakta ini dapat dikaitkan dnegan istri Soekarno, Ny. Fatmawati, yang lahir di kalangan kultur Muhammadiyah Bengkulu.
Muhammadiyah dipandang Busyro sebagai organisasi nonpolitik praktis yang tidak memiliki ambisi kekuasaan. Sebaliknya, dinilai mampu mengisi kekuasaan dengan nilai-nilai keutamaan-kemaslahatan yang bersifat universal.
“Saatnya Muhammadiyah memproklamasikan warga dan pimpinannya untuk menjaga, mempertahankan independensi dan marwah organisasi, serta gerakan Islam dakwah amar makruf nahi munkar. Selain itu, yang tidak kalah penting adalah tajdid untuk rekonstruksi akhlak umat dan bangsa,” kata Busyro.
Sementara itu, ketua PWM DIY, Dr. Agus Taufiqurrahman, M.Kes, Sp.S., mengatakan, Muhammadiyah dapat berkembang hingga saat ini berkat perjuangan dan kegigihan K.H. Ahmad Dahlan, termasuk juga dengan generasi penerusnya yang terus membantu untuk mewujudkan cita-cita yang ditetapkan oleh Muhammadiyah.
“Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui, karena sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati nurani, semua itu akan diminta pertanggungjawabannya. Oleh karena itu, bagi warga Muhammadiyah, hukumnya wajib mencari ilmu mengkaji al-Qur’an dan Sunnah sebagai pegangan hidup umat Islam. Tujuannya untuk menegakkan akidah, ibadah, serta untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat,” tutup Agus Taufiqurrahman.
Sumber : UAD.AC.ID