UMM Diundang Perkenalkan Islam Indonesia di Taiwan

DIREKTUR Kamar Dagang Taiwan, Ismail Mae, mengundang secara khusus Rektor Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) untuk memperkenalkan Islam Indonesia kepada sejumlah lembaga pendidikan dan pemerintahan di Taiwan. MenurutIsmail,sebagai lembaga Islam terkemuka di Indonesia, UMM memiliki tradisi keilmuan yang kuat, juga nuansa keislaman yang kental.

Selain mengenalkan Islam Indonesia, UMM juga akan mempercepat kerjasama yang telah dimulai UMM sebelumnya dengan sejumlah perguruan tinggi di Taiwan. Salah satunya,pihak Taiwan akan menawarkan program magang di perusahaan Taiwan yang ada di Indonesia. “Pak Ismail Mae akan merekomendasikan perusahaan yang dituju. Pada saat yang bersamaan, mahasiswa kita juga dilibatkan disitu,” papar Asisten Rektor UMM Bidang Kerjasama Luar Negeri, Soeparto.

Selain UMM, pimpinan perguruan tinggi yang turut diundang mengenalkan Islam di Taiwan yakni Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Universitas Al-Azhar, Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta dan UIN Medan.Tak kalah penting, tujuan berangkatnya limapimpinan universitas Islam ini juga bakal membantu memberdayakan serta membantu Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Taiwan. Salah satunya memperjuangkan hak libur hari raya, Idul Fitri dan Idul Adha.

Saat kunjungan ke UMM, Rabu (28/9), Ismail Mae menyebut, di Taiwan setidaknya terdapat 300 ribu TKI yang tidak mendapat hak libur di duahari raya. “Di sini para rektor bisa berperan. Caranya sederhana, pimpinan perguruan tinggi yang nantinya berangkat mengusahakan, dalam kontrak TKI, dimasukannyaklausul yang bunyinya kurang lebih ‘dapat jatah libur duahari pada hari raya’. Jika berhasil, itu sudah luar biasa,” terangnya.

Rektor UMM Fauzan yang turut menjamu Ismail menyarankan untuk dibuat pusat studi Islam di sejumlah perguruan tinggi di Taiwan, dengan mengadopsi konsep American Corners dan China Corners seperti yang terdapat di UMM.

Menjelang akhir kunjungan, Ismail Mae menyempatkan diri mengunjungi American Corners dan China CornersUMM serta mahasiswa yang sedang menjalani kelas bahasa Mandarin di China Corners. Ismail juga sedikit berbasa-basi dengan sapaan “Apa Kabar” dalam bahasa Mandarin. (can/han)

Sumber : www.umm.ac.id

LK UMM Kaji Peradaban Islam dan Globalisasi

Memudarnya multidisipliner di ruang sidang senat, pagi tadi (22/4), LK mengangkat tema “Membangun Peradaban Masyarakat Islam di Tengah Masyarakat Global”.  Kajian ini diisi dua nara sumber, yakni dosen Tarbiyah UIN Maulana Malik Ibrahim, Dr. Syamsul Hadi, M. Ag, dan dosen Syariah UMM, Dr. Moh. Nurhakim, M.Ag.

Arus globalisasi, menurut Nurhakim, memberikan efek yang luar biasa dalam kehidupan masyarakat. Di satu sisi, globalisasi mampu menyatukan aspek-aspek sosial namun disisi lain ini juga dapat merubah kultural dan sosial. Bagi Indonesia, ini membawa perubahan yang signifikan dalam kemajuan teknologi. Namun dampak negative berupa perluasan dimensi dan lokus konflik  juga tak terelakan.

“Maraknya gerakan transnasional serta pemahaman-pemahaman keagamaan yang bertabrakan dengan garis pemahaman yang sudah mapan dalam bentuk radikalisme agama dan liberalism pemikiran keagamaan menimbulkan konflik yang sama di tempat yang berbeda,” ungkap Nurhakim.

Tak hanya itu saja, masalah-masalah dalam dunia politik, budaya, lingkungan, dan moral yang terjadi di dalam masyarakat adalah hasil dari proses globalisasi yang diakibatkan oleh kuatnya arus industrialisasi, teknologi informasi, bioteknologi, pasar bebas, pluralisme budaya, demokratisasi dan individualism. Oleh karena itu, tambah Nurhakim, jika tidak dihadapi dengan kreatif dan inovatif, proses globalisasi akan berbenturan dengan upaya mempertahankan tradisi dan paham keagamaan.

Untuk membangun suatu peradaban dunia yang ideal, Nurhakim memaparkan potensi budaya dan pemikiran Islam Indonesia dengan segala corak khasnya dapat menjadi alternatif penting. Terutama pemikiran Islam Indonesia dapat tampil sebagai rahmatan lil ‘aalamiin. Upaya tersebut dapat dilakukan dengan menampilkan Islam yang ramah dan majemuk, toleran antar umat beragama, Islam yang dinamis, inovatif dan kreatif, Islam yang mampu mengembangkan etos kerja, politik, ekonomi, dan science, dan menampilkan revitalis Islam dalam bentuk intensifikasi

Sementara itu, Samsul menyodoran fakta-fakta pengakuan peradaban Islam oleh para ahli. Misalnya, Fred McGraw Donner, mengakui bahwa sangat sedikit peristiwa sejarah umat manusia yang teah mengubah wajah belahan dunia yang luas dengan begitu cepat dan menentukan, sebagaimana ditunjukkan oleh persitiwa penyebaran Islam pada masa awal Hijrah.

Islam, lanjut Samsul, memberi pengaruh pada pemikiran Yahudi, diantaranya belajar bersikap bebas dan terbuka kepada peradaban baru dari kaum muslim. “Kaum Yahudi memperoleh manfaat dari Islam, hingga mereka mencapai taraf peradaban yang mereka sebut “Zaman Emas” yang terwujud pada masa kejayaan Islam,” katanya.

Di Indonesia sendiri, kemajuan pemikiran dan peradaban Islam sudah ditunjukkan oleh berbagai tokoh. Antara lain oleh Nurkholis Madjid dan Munawir Sadzali. Sedangkan Nurhakim malah menganggap KH Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah, merupakan peletak dasar pengembangan etos intelektualisme dan pragmatism dalam bidang keagamaan, pendidikan dan sosial.

Kepala LK UMM, Dr. Tri Sulistyaningsih, M.Si, berharap diskusi ini menjadi kontribusi LK kepada masyarakat luas.  “Dengan adanya kajian ini, kami berharap akan adanya proses tukar pikiran dalam membangun bangsa Indonesia yang lebih baik,” ujarnya. (ima/nas)

Sumber : UMM.AC.ID