Alumni Universitas Muhammadiyah Kendari Dibekali Kewirausahaan

Sebagai bentuk tanggung jawab atas alumninya setelah berstatus alumni, pihak Universitas Muhammadiyah Kendari (UMK) membekali mahasiswanya dengan kemampuan wirausaha. Melalui seminar kewirausahaan yang menghadirkan pemateri dari Universitas Padjajaran Bandung dan Head Kalla Group.

Kegiatan yang diikuti 781 Alumni UMK tersebut, diharapkan mampu menciptakan lulusan yang siap bekerja serta mampu menciptakan lapangan pekerjaan. Rektor UMK melalui Warek III Bidang Kemahasiswaan dan Alumni, Ir. Bambang Indro Yuwono, M.Si., menjelaskan, UMK terus berupaya untuk menelorkan alumni yang punya peluang.

Kata dia, tak harus berorientasi menjadi PNS, alumni UMK juga harus mampu berjiwa usaha sehingga dapat mencari peluang serta menciptakan peluang tersebut. Saya yakin jika mereka mampu menciptakan lapangan kerja sendiri, maka secara otomatis tidak hanya membuka peluang untuk dirinya, tetapi juga memberikan kesempatan kerja pada orang lain, jelasnya.

Para pemateri yang dihadirkan, erat kaitannya dengan mitra atau kerjasaman. Universitas Padjajaran merupakan salah satu universitas di Indonesia yang sudah berhasil menjalankan program pusat pengembangan karir. Karenanya, pihak UMK memanfaatkan sebagai momen untuk melakukan kerjasama.

Artinya, buka berarti para lulusan hanya berpangku tangan saja, namun kampus harus mencari dan membukakan jalan. Alumni pun mendapat informasi mengenai dunia kerja serta informasi lainnya, termasuk bagaimana membuka dan mengembangkan suatu usaha sehingga pemateri yang dihadirkan hari ini, akan kami jadikan sebagai mitra, terangnya.

Sumber : www.umkendari.ac.id

Di IBK, Mahasiswa Bisa Langsung Berwirausaha

Banyaknya mahasiswa yang terjun ke dunia bisnis membuat Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) serius mempersiapkan mahasiswa untuk bisa bersaing. Melalui unit Iptek Berbasis Kewirausahaan (IBK) yang diprakarsai Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) UMM, mahasiswa pun diperkenalkan dengan dunia kerja yang sesungguhnya, mulai dari sempitnya lapangan pekerjaan, intensitas impor, hingga kaitannya dengan nasionalisme ekonomi.

Saat ini, menurut ketua IBK Drs Wiyono MM, persentase enterpreneur di negara lain minimal 2 persen, sedangkan Indonesia masih berada di 1,65 persen. Padahal, Malaysia dan Singapura masing-masing sudah memiliki  5 persen dan 7 persen enterpreneur. Berdasar fakta tersebut, Wiyono mengingatkan perlunya kesadaran mahasiswa untuk bangkit dari keterpurukan. “Salah satunya dengan berwirausaha atau menjadi enterpreneur,” ujar dosen Prodi Manajemen FEB UMM ini.

Selain itu, tambahnya, perlu adanya edukasi pada masyarakat agar memandang kesuksesan seseorang tidak harus dilihat dari pekerjaannya, sementara yang berwirausaha dianggap tidak sukses dan sering dicibir. Hal itu dinilainya membuat mahasiswa enggan berwirausaha.

“Saya kira dukungan masyarakat masih kurang. Perlu advokasi pada masyarakat, termasuk orangtua, karena berwirausaha belum tentu langsung menghasilkan,” terang Wiyono.

Karena itulah, melalui IBK, FEB UMM menyiapkan mahasiswa menjadi enterpreneur yang dapat bersaing. IBK memberikan pelatihan pada seluruh mahasiswa yang bergabung dan ingin berwirausaha.

Lebih dari itu, di UMM, setiap fakultas diharuskan menyertakan mata kuliah kewirausahaan. Mata kuliah ini, kata Wiyono, sekaligus mendukung program Pembantu Rektor (PR) III dan Kementerian Koperasi dalam mewujudkan mahasiswa enterpreneur.

“Pembentukan unit atau komunitas di tingkatan program studi, fakultas, dan universitas seperti IBK dirasa perlu untuk saat ini,” kata Wiyono.

Setiap mahasiswa yang bergabung di IBK mendapatkan pelatihan melalui koperasi Gerakan Usaha Muda (Garuda). Tak hanya itu, IBK pun memberikan pos pelatihan tiap semester untuk lintas fakultas, sehingga seluruh mahasiswa dapat menjadi enterprenuer. (nay/han)

Sumber : UMM.AC.ID