Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) di lingkungan Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM) harus berani tidak mengikuti pemerintah, jika ingin punya daya saing yang lebih baik.
“Kalau kita terjebak mengikuti pemerintah terus posisinya akan berada di kelas dua. Kita harus berani tidak mengikuti pemerintah agar bisa bersaing atau menjadi nomor satu,” kata Rektor Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) Prof Dr Bambang Setiaji MS, pada pembukaan Konferensi Nasional Ekonomi dan Bisnis Forum Dekan Ekonomi & Bisnis PTM se Indonesia, Rabu.
Keberanian ‘ngedan’ dalam melakukan inovasi kurikulum FEB sangat dibutuhkan. Karena masing-masing sebenarnya memiliki kesempatan 40 persen untuk mengisi keunggulan yang diinginkan. “Kalau 100 persen mengikuti kurikulum pemerintah mau tidak mau hanya berada di urutan kedua. Jadi porsi 40 persen yang ada harus dikerjakan secara maksimal untuk memberikan keunggulan lulusan FEB PTM.”
Prof Bambang mengakui untuk mengajak ke sana tidaklah mudah. Dicontohkan UMS dulu pernah memberikan tambahan mata kuliah Bahasa Inggris menjadi 32 SKS. Peningkatan ini perlu dilakukan mengingat instansi dan perusahaan membutuhkan kompetensi tersebut. Ternyata para dekan menyatakan keberatan dan akhirnya kembali ke bobot SKS seperti semula.
Konferensi Nasional Ekonomi dan Bisnis Forum Dekan FEB PTM se Indonesia diikuti 40 peserta dari 15 PTM dari Aceh, Palembang, Palu dan Jawa. Setelah pembukaan dilanjutkan keynote spekers Dr Lukman Hakim dari FEB Universitas Sebelas Maret (UNS). (Qom)
Sumber : www.krjogja.com