Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) kembali melakukan inovasi menarik. Tepat pada Rabu, (18/01/2023) kemarin, UMY resmi menerjunkan 2.663 mahasiswa untuk melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) dengan dua skema yakni KKN Reguler dan KKN Recovery Cianjur. Tak tanggung-tanggung, UMY juga menerjunkan mahasiswa untuk melaksanakan KKN plus umroh di Jeddah dan Mekkah. KKN plus umroh ini bertujuan untuk mendukung pendidikan masyarakat Indonesia yang ada disana.
Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Prof Haedar Nashir dalam sambutannya turut berpesan agar peserta KKN dapat menumbuhkan adanya dedikasi dan ilmu yang besar dalam menyelesaikan masalah yang ada pada masyarakat. Setiap mahasiswa perlu untuk beradaptasi dan belajar dalam memahami kehidupan masyarakat sebab ilmu dan teori perkuliahan tentu tidak akan cukup jika hanya dipelajari atau menjadi khasanah dalam ilmu pengetahuan semata. “Mahasiswa KKN perlu untuk memahami komunitas dan realitas kehidupan. Tentu, ilmu tidak cukup jika hanya dipahami sebagai ilmu pengetahuan semata. Namun ilmu itu harus bisa memahami realitas dan menyelesaikan persoalan-persoalan manusia. Karena menyelesaikan masalah yang berbasis pada ilmu akan berbeda dengan menyelesaikan masalah dengan insting,” tegas Guru Besar UMY Bidang Sosiologi tersebut.
Secara daring, Prof Haedar juga berpesan agar mahasiswa dapat memahami masyarakat dengan cara hidup bersama dan secara kolektif. Karena keragaman yang ada pada masyarakat dapat menjadi kekuatan, perekat, dan mempersatukan hidup masyarakat. “Maka kehadiran anda dimanapun berada harus menjadi kekuatan, menjadi pemersatu, jangan sampai kehadiran anda di masyarakat yang berbeda bisa menimbulkan masalah. Pandai-pandai untuk hidup bersama masyarakat, menyelami tradisi, kebiasan dan kondisi masyarakat setempat, sekaligus juga belajar arif dalam kehidupan masyarakat,” harap Haedar dilansir dari web UMY.
Agung Danarto juga memberi pesan agar mahasiswa dapat melakukan survei dan pengamatan terhadap perkembangan yang ada di lokasi KKN masing-masing. Hal ini dapat menjadi dukungan dan masukan kepada pemerintah daerah mengenai pembangunan desa yang ada disana. Terlebih saat ini, paradigma pembangunan Indonesia telah bergeser dari perkotaan juga digencarkan di pedesaan. “Sehingga ini dapat menjadi gerakan yang baik bagi mahasiswa dalam mendukung pembangunan baik dari infrastruktur serta fasilitas untuk pengembangan masyarakat,” pungkasnya.