“Setelah lulus kuliah, kita mau apa?” begitu tanya Dr. Dody Hartanto S,Pd., M.Pd selaku Wakil Dekan FKIP UAD saat memaparkan materi pada Webinar SBMPTMu “Aku Siap Kuliah”, secara daring dan luring dari Kampus UAD, Sabtu (25/06). Mengangkat materi mengenai “Memilih Kampus Harapan di Era Disruptif” Dody menegaskan agar siswa SMA atau sederajat harus mempersiapkan tujuan dan cita-cita dengan serius. Terlebih pemahaman mengenai realita dunia kerja dengan tingkat persaingan yang beragam. Data menunjukkan realita proporsi pencari kerja didominasi lulusan SMA. Bahkan ada 6-7 juta orang terancam pengangguran karena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). “Artinya siswa harus paham bahwa ke depannya mencari kerja tidak sekedar bermodalkan ijazah SMA atau SMK,” paparnya. Dengan begitu, pilihan untuk melanjutkan kuliah menjadi pilihan yang terbaik, karena siswa bukan hanya memperoleh ijazah namun ada pendewasaan serta pembelajaran mengenai adab dan etika yang lebih dalam pada jenjang kuliah.
Dody menegaskan ada enam hal yang harus dilakukan oleh siswa dalam menghadapi masa depan. Pertama, kekuatan doa dengan keseriusan yang terus menerus dan tidak terputus. Kedua, memilih tempat pendidikan dengan pilihan kampus yang jaminan mutunya terbukti seperti akreditasi dll. Ketiga, fokus pada keterampilan yang ingin dikuasai sesuai dengan peluang kerja yang dihasilkan dari jurusan. Keempat, perbanyak interaksi dengan orang lain. Kelima, aktif organisasi dan terakhir, banyak cari informasi. Keenam, ia turut berpesan agar calon mahasiswa dapat memilih kampus yang bukan hanya mempersiapkan keahlian untuk pekerjaan dunia, namun juga menjadi invesitasi diakhirat. “Sebelum masuk ke perguruan tinggi mahasiswa perlu paham jurusan yang akan dipilih, cek benar jenis kampus, dan persiapkan mental, fisik dan kognitif,” pungkasnya.
Andhita Dyorita K, M.PSi., Psikolog dalam materinya yang berjudul “Memilih Kampus Pengembang Hard Skill dan Soft Skill” juga menyampaikan bahwa ada 87 persen mahasiswa yang salah memilih jurusan. Sehingga dalam memilih kuliah calon mahasiswa harus paham bahwa yang dibutuhkan bukan hanya hard skill semata namun membutuhkan adanya soft skill. “Soft skill disini adalah bagaimana cara bekerja sama dengan tim, public speaking, manajemen diri dan lainnya,” papar Anindhita. Ia menegaskan, perguruan tinggi ternama juga belum dapat menjamin seseorang itu sukses. Namun kesuksesan itu ditentukan oleh diri sendiri. “Dimanapun tempat kita melanjutkan kuliah, ketika kita memiliki potensi, value, dan akhlak itu akan menjadi faktor penting agar diterima oleh perusahaan yang kita tuju,” paparnya. Bagi Andhita, dalam memilih kampus, calon mahasiswa harus menerapkan tiga hal yaitu Pertama, dapat mengenali diri sendiri, sesuai dengan potensi yang dimiliki. Kedua, meningkatkan hard skill dengan cara praktik di sekolah, kursus, magang dan lainnya. Ketiga, meningkatkan soft skill dengan aktif di organisasi, kegiatan sosial dan agama, dll.
Materi ke-3 pada webinar SBMPTMu ini turut disampaikan oleh Muhammad Munsarif, S.Kom., M.Kom dengan judul “Memilih Kampus Kekinian dan Berkemajuan”. Ia berpesan diera sekarang menilai sebuah kampus sudah dapat dilihat melalui media sosial yang dimiliki. Calon mahasiswa juga diharapkan untuk dapat melihat akreditasi yang dimiliki oleh target universitas. “Selain melihat akreditasi kampus, calon mahasiswa juga harus mengetahui akreditasi dari program studi. Pastikan dalam memilih prodi yang tepat,” pesannya. []Diktilitbang/SBMPTMu