Kenapa Perguruan Tinggi Muhammadiyah ‘Aisyiyah (PTMA) perlu untuk melakukan sinergi?. Begitu papar Prof. Dr. Abdul Mu’ti M.Ed. saat memberikan pertanyaan pada peserta Leadership Training angkatan ke-8 dalam materinya yang bertemakan Sinergi antara PTMA dengan Persyarikatan, Rabu (12/10/2022). Dihadapan 39 peserta Prof Mu’ti menekankan bahwa dalam konteks Muhammadiyah sinergi antar PTMA dan khususnya PTMA dengan Persyarikatan menjadi hal yang penting. “Karena kita bergerak bersama untuk mencapai tujuan tertentu,” tegasnya.
Dalam konteks PTMA sinergi dimaknai menjadi beberapa hal diantaranya, pertama, Sinergi Ideologis yakni Muhammadiyah bukan hanya gerakan pendidikan dan sosial. Dibalik itu ada ajaran dan nilai-nilai Islam yang mendasari. Hal inilah yang menjadi pembeda yang menjadikan Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) adalah aktulisasi, konkretisasi, dan obyektifikasi. Melaksanakan ajaran Islam secara transformatif adalah amal shalih bagi Muhammadiyah. Kehadiran amal usaha menggambarkan amal salih sehingga konkretisasinya harus dikur dan dibuktikan. “Misalnya adanya akreditasi, itu menjadi ukuran mutu yang obyektif pada PTMA karena akreditasi memiliki keunggulan yang diakui oleh masyarakat,” paparnya.
Kedua, Sinergi Strategi yakni sinergi perguruan tinggi dalam fungsi dakwah, pendidikan, dan perkaderan. Perlu pula sinergi kebijakan Persyarikatan dengan kebijakan yang diterapkan di perguruan tinggi. “Sehingga jika ada masalah lalu diselesaikan sampai pada meja pengadilan, ini menunjukkan tidak ada sinergi,” paparnya.
Ketiga, Sinergi Program yakni program yang dimiliki Persyarikatan dan diterjemahkan pula di PTMA. Tentunya, PTMA perlu untuk memparkuat gerakan pembaharuan Muhamadiyah. “Good University governance adalah bentuk konkrit yang harus dicapai. Sehingga pimpinan PTMA perlu mendorong dan menjadi teladan bagi SDM yang dipimpinnya,” pungkasnya.