Skripsi mahasiswa Ilmu Komunikasi seharusnya tidak hanya berupa naskah yang panjang dan tebal, namun ada pilihan lain. Hal ini terungkap saat Asosiasi Pendidikan Tinggi Ilmu Komunikasi Perguruan Tinggi Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah (APIK PTMA) bersama Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas ‘Aisyiyah (Unisa) Yogyakarta menggelar lokakarya perumusan tugas akhir mahasiswa di Yogyakarta (18-19/9). Kegiatan yang diikuti berbagai pengelola Program Studi Ilmu Komunikasi di lingkungan APIK PTMA ini ditujukan untuk menghasilkan perumusan tugas akhir mahasiswa yang lebih bervariasi.
Yudha Wirawanda, Sekretaris Prodi Ilmu Komunikasi UMS, yang menjadi salah satu pembicara memaparkan di UMS tidak ada lagi skripsi tebal. Mahasiswa lebih didorong untuk mengirimkan artikelnya ke jurnal sebelum ujian skripsi, sehingga ada banyak publikasi yang dihasilkan. “Di Universitas Muhammadiyah Surakarta, tugas akhir mahasiswa tingkat S-1 adalah skripsi yang formatnya artikel jurnal ilmiah sepanjang 8.000 kata di luar abstrak dan daftar pustaka, serta dokumen dibuat terpisah dari naskah,” tambahnya.
Pembicara lain, Banin Diar Sukmono, membagi pengalamannya menerbitkan jurnal ilmiah mahasiswa bernama Cogito di Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada. Menurutnya dengan adanya jurnal mahasiswa, atmosfer akademik di kampus menjadi lebih hidup.
Sementara itu Fajar Junaedi, perngurus APIK PTMA, menyatakan bahwa skripsi mahasiswa Ilmu Komunikasi seharusnya bisa dibuat beragam pilihan melalui jalur rubrikasi yang bisa dipilih oleh mahasiswa. Hal ini dikarenakan Ilmu Komunikasi adalah ilmu yang interdispliner. “Skripsi yang menjadi tugas akhir mahasiswa bisa berbentuk skripsi konvensional yang tebal, artikel jurnal, karya, atau naskah akademik, yang bisa dipilih oleh mahasiswa sesuai dengan minat dan kompetensinya. Semoga kampus di lingkungan Muhammadiyah bisa memulainya dari lokakarya ini,” pungkas Fajar.