Mahasiswa KKN UM Purwokerto menciptakan Bilik Anosmia (Bilas) sebagai alat terapi sederhana bagi pasien Covid-19. Inovasi ini berfungsi untuk membantu pasien yang kehilangan indera penciuman agar bisa berangsur pulih.
Ketua Tim Penemu Bilik Anosmia Sultan Dzikrillah Akbar menjelaskan bilik anosmia merupakan suatu alat atau yang terbuat dari bahan akrilik, dimana akrilik merupakan bahan yang terbuat dari plastik polimer transparan berupa lembaran yang biasanya dijadikan bahan substitusi dari kaca. “Karena bahan akrilik ini lebih ringan dibandingkan kaca pada umumnya. Bilik anosmia merupakan alat konektor untuk melakukan terapi anosmia atau sering kali disapa dengan eucalyptus sehingga mampu memudahkan warga karantina dalam melakukan terapi anosmia,” paparnya Kamis (2/9).
Inovasi ini menggunakan prinsip terapi uap yang telah disempurnakan, sehingga lebih efektif dan mudah digunakan. Bilik terapi terbuat dari bahan akrilik yang memanjang ke atas dengan lebar seukuran wajah orang dewasa. Sedangkan alat terapi adalah panci listrik. “Cara kerjanya, mula-mula panci ditempatkan di bilik akrilik. Kemudian dituang air mineral sekitar 250CC, lalu ditambahkan minyak eukaliptus atau minyak kayu putih 10-15 tetes. Selanjutnya dipanaskan hingga menghasilkan uap,” papar Najwa Safira salah satu tim dari relawan di tempat Karantina terpusat milik Pemkab Banyumas.
Uap yang dihasilkan tidak akan menyebar ke mana-mana karena terperangkap oleh bilik. Setelah menghasilkan uap, terapi untuk pasien dimulai. Pasien menghirup uap sekitar 15 menit di pagi hari.
Dosen pembimbing lapangan KKN RCB UMP Ns. Endiyono, S.Kep., M.Kep menjelaskan, bilik anosmia di daftarkan Hak Kekayaan Intelektual karena inovasi tersebut merupakan kekayaan yang timbul dari hasil olah pikir yang menghasilkan suatu produk atau proses yang berguna untuk pasien covid-19 dengan terapi anosmia. Keberadaannya diakui oleh negara berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. “Bilik ini sudah diproduksi tiga buah, sementara baru digunakan di rumah karantina pondok slamet, ke depan akan kita kembangkan dan produksi lebih banyak lagi untuk membantu terapi anosmia pada pasien yang isolasi mandiri dirumah,” pungkasnya. []Majelis Diktilitbang PPM