Kampung Wisata Saribu Gonjong (Sarugo) yang terletak di Jorong Sungai Dadok, Nagari Koto Tinggi , Kecamatan Gunung Omeh, Limapuluh Kota- Sumbar masuk dalam Anugerah Pesona Indonesia (API) 2020 kategori Kampung Adat .
Sarugo merupakan desa wisata binaan Fakultas Pariwisata Universitas Muh Sumatera Barat (UMSB) sejak setahun silam. Mengunjungi perkampungan terpencil dan paling utara di Kabupaten Lima Puluh Kota itu. Tak tersedia sinyal telepon provider apapun. WIFI jaringan memang sudah ada, namun tak maksimal.
Sesuai namanya, Sarugo merupakan perkampungan adat dengan rumah gonjong yang sangat padat. Deretan rumah gonjong di sini, seperti membentuk barisan rapi dan semuanya menghadap ke Masjid Raya. “Mayoritas di sini, terdiri dari Rumah Gonjong. Ada 29 jumlahnya dengan ukuran sekitar 5 x 16 meter. Gonjong tiap rumah ada 5, itu mencerminkan Rukun Islam,” sebut Kepala Jorong Sungai Dadok, Handrisman, Jum’at 3 Juli 2020.
Sekeliling Sarugo, adalah deretan perbukitan. Jadi, Sarugo terkurung bukit. Ada 800 jiwa penduduk yang tinggal di sini. Mereka menggantungkan diri di sektor pertanian, terutama hasil jeruk siam Gunuang Omeh yang melimpah seluas 200 hektare. Penduduk Sarugo, sangat menjunjung tinggi nilai budaya. Mereka disiplin, ramah dan religius. Di setiap sendi kehidupan, adat Minangkabau selalu dikedepankan.
Cukup seru berkunjung ke kampung ini, deretan Rumah Gonjong yang didirikan sekitar 1920an itu, berdiri megah seakan menyambut setiap tamu yang datang. Suasana pedesaan yang asri di tambah semilir angin dari bebukitan, mendatangkan nuansa damai yang tak ditemukan di tempat lain. “Di sini ada 18 suku yang hidup berdampingan, setiap suku wajib punya rumah gadang. Kita masih mempertahankan tradisi dari masa silam,” lanjut Kepala Jorong.
Sarugo, sepertinya merupakan salah satu dari sedikit kampung yang begitu tradisional. Karena sulitnya akses komunikasi untuk gadget, kesenian anak nagari berkembang pesat. Seperti randai, talempong, maupun silek masih lestari sejak dulu hingga kini. Di kampung nan permai ini, mengalir dua sungai yang kemudian bertemu membentuk Batang Sinamar. Di cabang sungai ini, terciptalah “Tapian” yang disebut Lubuk Liuang. Saban sore, jika cuaca baik, tapian ini ramai dikunjungi belasan anak-anak Sarugo. Arusnya tergolong jinak dan jernih, juga ada semacam air terjun kecil dengan lubuk dalam. Anak-anak berhamburan ria ke dalam sungai. Pemandangan yang mengesankan.
“Kita tentu akan membenahi banyak potensi wisata kita ke depannya, karena kita punya adat, alam dan kawasan agro. Kita pun sudah bisa menerima tamu menginap di homestay Rumah Gonjong,” kata Handrisman.