Targetkan pertumbuhan syariah 10% tiga tahun mendatang, sejumlah Perguruan Tinggi (PT) di dunia, termasuk Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) membahas pembentukan kurikulum ekonomi islam di Asia Tenggara.

Direktur International Programs For Islamic Economic and UMY, Masyhudi Muqorrobin menyampaikan, pertumbuhan ekonomi islam di DIY selalu di atas angka nasional. Bila angka nasional hanya menunjukkan pertumbuhan aset perbankan syariah di angka 4,9%, DIY mampu lampaui dan bertengger di angka 7%.

“Ekonomi islam sangat menjanjikan dikembangkan di seluruh komunitas masyarakat, tanpa memandang agama. Karena berdasarkan azas keadilan. DIY selalu lebih maju daripada angka nasional,” jelas laki-laki yang juga menjadi Ketua Ikatan Ahli Ekonomi Islam DIY saat dijumpai di sela-sela Gerakan Ekonomi Syariah (Gres) di Plaza Monumen Serangan Oemoem 1 Maret di Kompleks Benteng Vredeburg, Minggu (15/12/2013).

Menurut dia, pertumbuhan syariah di DIY relatif lebih tinggi lantaran kesadaran masyarakat dalam mengembangkan keadilan terus meningkat. Kondisi ini diharapkan dapat menular di daerah lain, pusat hingga level global.

“Kami berharap Indonesia memegang posisi penting dalam perkembangan ekonomi islam, yakni menjadi pelopor di dunia. Karena itu, 14 November 2013, Presiden SBY (Susilo Bambang Yudhoyono) meresmikan Gres di tingkat nasional,” imbuhnya.

Tahun depan, diharapkan aset perbankan syariah di DIY meningkat sebanyak 8%. Sementara pada 3-4 tahun mendatang dapat kembali berkembang di angka 10%.

Dengan visi tersebut, sejumlah akademisi dunia yang fokus pada ekonomi islam akan berkumpul untuk membahas peningkatan kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM) syariah. Salah satunya dengan mengembangkan kurikulum ekonomi islam yang dapat dikembangkan di Asia Tenggara maupun masyarakat internasional yang lebih luas. “Ini amanah yang harus dijalankan. UMY sendiri ikut menggelar workshop mengenai kurikulum ekonomi islam di Asia Tenggara yang dipakai oleh setiap pihak,” terang dia.

Ia menuturkan, sampai saat ini negara di Timur Tengah dan Malaysia masih mendominasi pergerakan syariah. Namun Indonesia disebutnya juga tidak kalah. Sebab partisipasi warga Indonesia dalam merespon isu tersebut juga relatif besar.

Arif Budi Santoso selaku Kepala Perwakilan Bank Indonesia (KPBI) di DIY, menambahkan pertumbuhan perbankan syariah di DIY dapat memimpin lantaran SDM lokal mampu memberikan penjelasan yang runtut dan gamblang mengenai ekonomi syariah kepada nasabah.

“Contoh nasabah tidak jelas, SDM dapat menjelaskan syariah itu seperti apa. Apa saja perbedaan dengan perbankan syariah sehingga dengan yakin memilih bank syariah,” jelasnya.

Mengenai tantangan, ia mengakui bank syariah di DIY masih membutuhkan bantuan dalam pendanaan. Dengan dukungan dari pemerintah, ia optimis kondisi ini dapat diantisipasi sehingga membantu pertumbuhan ekonomi syariah di daerah.

BI disebutnya juga akan bekerja sama dengan Dewan Syariah Nasional (DSN) untuk mengkaji perkembangan usaha syariah. Sebagai contoh dengan mendorong penciptaan produk-produk baru yang dibutuhkan masyarakat tetapi sesuai kaidah ekonomi islam.

sumber : harianjogja.com
UMY Ikut Susun Kurikulum Syariah di ASEAN

You May Also Like

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *