Umumnya, orang yang mengalami gangguan gerak yang disebabkan kelainan atau struktur tulang yang bersifat bawaan, karena sakit atau akibat kecelakaan (tunadaksa), masih banyak yang menggunakan kursi roda atau kruk untuk membantunya berjalan. Cara kerja alat-alat tersebut pun masih banyak yang manual, dengan kata lain penggunanya masih harus mengeluarkan banyak tenaga untuk menggerakkannya. Berbeda halnya jika alat bantu gerak tersebut bisa digerakkan secara otomatis menggunakan tenaga motor yang berpenghantar listrik.

Berdasarkan hal itulah, tiga mahasiswa Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) angkatan 2012 membuat terobosan terbaru dengan mendesain alat bantu gerak bagi penderita tunadaksa. Alat bantu gerak yang didesain oleh mereka terinspirasi dari Exoskeleton, yang tidak lain merupakan alat yang biasa digunakan oleh militer. Akan tetapi, Satriawan Dini Hariyanto, Panji Prihandoko, dan Romario Aldrian Wicaksono menyulap alat tersebut menjadi alat bantu kesehatan.

Satriawan saat ditemui di Biro Humas UMY pada Rabu (22/10) mengatakan, alat bantu gerak yang mereka desain itu bernama MYX-0 (Muhammadiyah Yogyakarta Exoskeleton). Alat tersebut berbentuk kerangka luar tubuh manusia yang berpenggerak motor. “Exoskeleton itu sebenarnya alat untuk militer, tapi kami desain agar bisa digunakan untuk kesehatan. Bentuknya kerangka luar tubuh yang berpenggerak motor. Tapi kerangka yang kami buat khusus untuk kaki,” ungkapnya.

Kerangka luar tubuh tersebut, menurut Satriawan juga didesain dari mulai paha sampai betis. Dengan begitu, MYX-0 tersebut akan bisa menggantikan peran kursi roda dan krok. “Sebenarnya, kami mendesain alat ini karena sebelumnya juga sudah melakukan penelitian pada anak-anak difabel di SLB Difabel Bantul dan Komunitas Difabel di Yogyakarta. Dari mereka kami tahu kelemahan kursi roda dan kruk itu. Kemudian kami mencoba mendesain MYX-0 ini,” jelas Satriawan lagi.

Desain MYX-0 ini juga menjadi juara kelima pada even nasional Lomba Rancang Bangun Mesin IV 2014 dengan tema “Alat Bantu Kesehatan Bagi Penderita Cacat Fisik atau Difabel” yang diselenggarakan di Universitas Indonesia pada 15-16 Oktober 2014 yang lalu. Desain MYX-0 ini, masih menurut Satriawan, memiliki kelebihan dibanding kursi roda dan kruk, serta Exoskeleton itu sendiri.
“Kalau selama ini Exoskeleton itu sendiri memang bekerja secara otomatis. Tapi untuk desain Exoskeleton dalam MYX-0 ini kami buat agar dia bisa bekerja sesuai dengan keinginan penggunanya. Jadi pengguna punya akses penuh pada alat ini. Alat ini bisa digerakkan sesuai dengan kemauan dan kebutuhan penggunanya. Selain itu, penggunanya juga tidak mengeluarkan banyak energi untuk menggunakannya, karena kami juga mendesain controllernya,” imbuhnya.

Di sisi lain, Panji Prihandoko mengatakan, alat MYX-0 ini masih pada tahapan desain, belum dibuat dalam bentuk alat asli. Akan tetapi menurutnya, alat ini tetap punya potensi untuk dibuat bahkan diproduksi. Panji mengaku, ia dan teman satu tim serta dosen pembimbingnya akan mengajukan desain MYX-0 ini pada pihak universitas dan UCP (perusahaan pembuat alat-alat kesehatan) cabang Yogyakarta. “Kami sudah punya rencana untuk menawarkan desain ini ke universitas dan UCP yang ada di Jogja. UCP itu biasanya mereka membuat alat-alat kesehatan seperti kursi roda yang diberikan gratis ke SLB. Dan rencananya, kami juga akan menawarkan pada mereka, mudah-mudahan mereka bisa membantu dan membuatkannya,” urai Panji.

Selain itu, menurut Panji, karena desain MYX-0 tersebut sudah menjurai perlombaan yang diselenggarakan di UI, desain mereka pun kemudian diajukan untuk bisa mengikuti kompetisi serupa di tingkat ASEAN. “Kami masuk dalam 10 tim yang diajukan untuk ikut berkompetisi di tingkat ASEAN. Dan pengumuman untuk tim yang lolos tanggal 11 November nanti. Mudah-mudahan kami juga bisa lolos untuk kompetisi itu,” pungkasnya.

Sumber : www.umy.ac.id

Mahasiswa Teknik UMY Ciptakan Desain Alat Bantu Gerak Dari Exoskeleton

You May Also Like

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *