Yogyakarta – LAZISMU. Penyatuan kalender Islam masih terus diperjuangkan untuk acuan umat Islam di seluruh dunia. Di Indonesia kalender Islam menjadi kajian menarik terutama dalam ijtihad pemikiran yang dilakukan Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Karena di Indonesia mencari ahli yang memiliki kompetensi di bidang Ilmu Falak dan Astronomi masih sedikit jumlahnya.
Mengisi kekosongan pakar di bidang itu, Majelis Majelis Pendidikan Tinggi Penelitian dan Pengembangan (Diktilitbang) PP Muhammadiyah berkolaborasi dengan lembaga amil zakat Muhammadiyah (Lazismu) dan Majelis Tarjih PP Muhammadiyah membuka penerimaan beasiswa Ilmu Falak yang dibuka pada November 2019 secara bertahap.
Pada seleksi akhir di awal 2020, dalam prosesnya maka pada Juni tahun ini, Diktilitbang PP Muhammadiyah, telah menetapkan penerima beasiswa yang terdiri dari 6 orang. Sekretaris Diktilitbang PP Muhamamdiyah Muhammad Sayuti (16/6/2020) mengatakan beasiswa ini adalah beasiswa penuh untuk penerima manfaat yang secara mumpuni serius studi di program Magister Ilmu Falak UIN Walisongo Semarang dan Ilmu Astronomi Institut Teknologi Bandung (ITB).
“Diktilitbang mengapresiasi kolaborasi program ini dalam konteks kaderisasi. Sebuah program keahlian yang langka dengan kualifikasi yang selektif sebagai investasi masa depan,” katanya.
Sayuti menambahkan, Muhammadiyah ingin menawarkan cara pandang kalender Islam yang terintegrasi dengan dunia saintifik. Tentunya dengan menyiapkan ahli yang kompeten di bidangnya bagi masa depan umat Islam. Program beasiswa ini juga membuka peluang kajian sains yang telah ditelaah secara klasik dan terkandung dalam Al-Qur’an dan hadis.
“Sudah hampir 1400 tahun tidak ada kalender Islam, karena itu penting bagi Pimpinana Pusat Muhammadiyah mengembangkan program beasiswa Ilmu Falak,” jelasnya.
Selanjutnya sambung Sayuti, dalam konteks praktis keilmuan, ahli-ahli yang profesional di bidang Astronomi perlu mendapat tempat dan terhubung dengan perguruan tinggi yang strategis mengembangkan riset astronomi.
Masa depan mereka yang bergelut di bidang ini jangan sampai nasibnya tak menentu. “Ini pilihan cerdas untuk mengambil pilihan berkarir, maka penerima beasiswa harus terkoneksi dengan perguruan tinggi Muhammadiyah untuk mengembangkan risetnya secara berkelanjutan,” pungkasnya.
Menanggapi ikhtiar Muhammadiyah mencari kader di bidang Astronomi, Hamim Ilyas selaku Wakil Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah, mengungkapkan dibutuhkan kader yang berani untuk melakukan riset kalender hijriyah global.
Artinya mereka menguasai teori dan mampu berkomunikasi dengan baik. Hamim berharap, penerima manfaat beasiswa berani mengambil peran kelimuan serta memahami peta persoalannya apa dan bagaimana. “Sebagai kader ke depannya mereka akan dilibatkan dalam kajian menghitung kalender global, misalnya terang Hamim.
Kemudian mampu menuliskannya dengan keilmuan yang mumpuni. Mereka adalah mujahid kalender global, jelasnya. Harapan besarnya lagi kata Hamim mereka tinggal memperkuat, menyosialisasikan dan meyakinkan umat Islam.
Melalui program ini, Ketua Badan Pengurus Lazismu Pusat, Hilman Latief mengatakan, pemberdayaan lewat program beasiswa merupakan upaya Lazismu menerjemahkan rekomendasi muktamar tahun 2015 di Makassar, yang salah satunya adalah tentang penyatuan kalender Islam. Kaderisasi ilmuwan di bidang Ilmu Falak dan Astronomi adalah hal strategis yang dibutuhkan oleh umat Islam dan Persyarikatan Muhammadiyah di Indonesia. “Kontribusi ilmuwan ini dinanti di masa depan sehingga dapat mewarnai kajian Ilmu Falak dan Astronomi Islam di Indoensia dalam kaitannya dengan penyusunan Kalender Internasional,” harapnya.
Salah seorang penerima beasiswa, Agung Laksana mengucapkan terima kasih atas beasiswa yang telah diberikan oleh Lazismu. Saya sangat bahagia dan bersyukur mendapat beasiswa ini. “Terlebih Ilmu Falak dan Astronomi merupakan ilmu yang sangat penting bagi umat Islam karena terkait penetapan waktu-waktu ibadah,” tandasnya.
Harapannya, kata Agung yang akan studi magister Ilmu Falak di UIN Walisongo Semarang, mampu menerapkan keilmuan yang diperoleh agar bermanfaat bagi masyarakat dan khususnya bagi persyarikatan muhammadiyah. Semoga Ilmu Falak ini dapat memberikan solusi dalam menghadapi permasalahan yang dihadapi umat muslim terkait waktu ibadah.
“Utamanya dalam menyatukan kalender hijriyah baik di tingkat regional maupun internasional, karena sampai saat ini umat muslim di dunia belum memiliki kalender Islam yang seragam,” papar pria asal Banjar, Jawa Barat ini.
Hal senada disampaikan Mega Sukma asal Bangka Belitung. Ia mengucapkan terima kasih atas beasiswa yang telah diberikan, alhamdulillah dengan diterimanya saya di program beasiswa Lazismu, saya bisa berkesempatan untuk belajar Ilmu Astronomi lebih lanjut lagi.
Di Bangka Belitung masih minim informasi tentang Astronomi, harapan saya semoga bisa membantu permasalahan-permasalahan terkait Ilmu Astronomi sesuai dengan bidang keilmuan yang saya tempuh.
“Semoga bisa membantu masyarakat umum atau pun di lingkup akademik. Jika ada kesempatan saya juga ingin melanjutkan program doktor untuk menambah wawasan dan pengalaman saya dalam bidang Astronomi,” ungkap Mega.
Selain dua penerima manfaat beasiswa tersebut, ada empat orang penerima yang beasiswa sama untuk studi magister di Institute Teknologi Bandung (ITB) antara lain, Fadilla Aziz Pustaka Ningrum asal Blitar dan M. Rodham Robbinna asal Bogor, sedangkan di UIN Walisongo Semarang yakni Maraton Ritonga asal Medan dan Najmuddin Saifullah asal Kampar, Riau. (Lazismu)