Universitas Siber Muhammadiyah (SiberMu) menyelenggarakan launching kampus virtual Universitas Siber Muhammadiyah pada Rabu (5/9). Kegiatan ini terselenggara sebagai bagian dari peringatan Milad 1 Tahun SiberMu sejak mendapatkan izin operasional dari Majelis Diktilitbang PP Muhammadiyah. Dalam kegiatan ini hadir Ketua Umum PP Muhammadiyah, Prof. Dr. K.H. Haedar Nashir, M.Si.; Majelis Diktilitbang PP Muhammadiyah; Ketua BPH Universitas Siber Muhammadiyah, Prof Dr Chairil Anwar; Rektor Universitas Siber Muhammadiyah, Dr. Ir. Bambang Riyanta, S.T., M.T..; sivitas akademika, mitra, kolega, dan tamu undangan yang hadir secara virtual maupun luring.
Setelah pembacaan ayat suci Al-Qur’an dan menyanyikan lagu “Indonesia Raya” dan “Sang Surya”, kegiatan berlanjut dengan sambutan dan pengenalan dunia imersif dari Dr Bambang Riyanta. Ia membuka kegiatan dengan melaporkan tentang kondisi SiberMu sejak memperoleh izin operasional. Baginya, SiberMu menjadi ruang dan kesempatan untuk menyaksikan teknologi imersif di mana realitas maya menjadi sama dengan realitas nyata. Dalam pemaparan beliau pula, SiberMu saat ini telah memperoleh lebih dari 1.200 pendaftar dari 34 provinsi.
Pengenalan Dunia Imersif Universitas Siber Muhammadiyah
Dr Bambang Riyanta menjelaskan bahwa SiberMu akan menggunakan pengembangan layanan berbasis teknologi imersif. “Ini basisnya adalah virtual reality, augmented reality, dan mixed reality,” jelasnya. Dorongan yang menjadi latar belakang dari pengembangan konsep ini adalah jargon-jargon dari para raksasa teknologi yang ramai berbicara tentang metaverse.
Selanjutnya, beliau memberikan tayangan tentang kampus virtual Universitas Siber Muhammadiyah yang sedang dalam pengembangan. Kampus virtual tersebut lengkap dengan gedung rektorat, perpustakaan, dan gedung-gedung fakultas. “Harapannya, ini akan menjadi ruang berinteraksi antarmahasiswa SiberMu berbasis virtual reality. Nanti, ada pula penggunaan mikroskop HoloLense untuk mendesain laboratorium berbasis augmented reality yang membutuhkan aspek psikomotorik,” paparnya.
Kampus virtual inilah yang menjadi konsep launching virtual SiberMu. “Ini membutuhkan dukungan Muhammadiyah, karena bisa menjadi babak baru dari value Muhammadiyah berkemajuan,” ujarnya. Dalam launching tersebut, Prof Dr KH Haedar Nashir meresmikan kampus virtual SiberMu dengan bacaan basmalah.
Amanat Ketua Umum PPM, Prof Dr KH Haedar Nashir
Dalam amanat tersebut, beliau menyampaikan tentang pelajaran-pelajaran terhadap konsep metaverse yang menjadi instrumen dunia virtual agar menjadi lebih nyata. Ia menegaskan bahwa teknologi ini perlu menjadi resapan dan membawa kebermanfaatan kepentingan-kepentingan yang positif. “Jangan kita isi dengan kepentingan yang bisa merusak relasi peradaban manusia. Ini tergantung pada kita sebagai khalifah di muka Bumi,” ujarnya.
Selanjutnya, Prof Haedar Nashir juga menjelaskan tentang tiga nilai dalam Islam. Pertama, bayani sebagai sistem pengetahuan Islam yang bertitik tolak dari nas sebagai sumber pengetahuan dasar. Kedua, burhani sebagai sistem pengetahuan yang berbasis pada akal (al-‘aql) dan empirisme (al-tajribah). Ketiga, irfani sebagai sistem pengetahuan yang bertitik tolak pada al-‘ilm al-hudluri, yang artinya manusia hendaknya memaksimalkan potensi akalnya bukan hanya untuk menciptakan kemasalahatan di dunia tetapi juga untuk keselamatan di akhirat.
Kemudian, beliau juga menjelaskan bahwa koridor makna kehidupan di Islam mengenai dunia sebagai “permainan” yang mula-mula serbanegatif akan berubah dengan teknologi ini. “Dunia ini cenderung kita waspadai karena serbamaterialistik dan hedonistik. Tapi, kini kita bisa menarik tafsir baru di mana dunia metaverse bisa menjadi bentuk yang positif. Kita menghadirkan dunia, yang notabene penuh permainan, tapi kita konstruksi menjadi bermakna,” ujarnya. Ia melanjutkan, hal ini akan mengubah pandangan tentang kehidupan, karena kehidupan saat ini multidimensi dan multiperspektif.
Tiga nilai Islam yang beliau paparkan akan menjadi pondasi dari bertahannya beradaban bangsa. “Nilai kehidupan akan menyelamatkan manusia,” tegasnya. Untuk dapat mempertahankan hal tersebut, beliau menambahkan, perlu memastikan bahwa agama dan Pancasila dipahami dengan perspektif yang luas dan mendalam. Sebab, ketika dua paham yang fundamental dalam state of mind justru salah dipahami, maka dampaknya akan luas ke dalam kehidupan yang hakiki. “Jangan berhenti belajar dan berkutat dari pikiran sendiri. Gunakan dunia imersif ini untuk kepentingan dakwah yang mencerahkan, mencerdaskan, dan menyelamatkan kehidupan nan alam semesta. Di sinilah rahmat Islam rahmatallil alahmin,” tutupnya.