Unit Kegiatan Mahasiswa Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Bangka Belitung (UKM-Bahterasia Unmuh Babel) bersilaturahmi ke Kantor Harian Pagi Babel Pos dan Ahli Sejarah Bangka Belitung Datuk Akhmad Elvian, Rabu (23/02). Kegiatan ini diadakan dalam rangka memperingati hari Bahasa Ibu Internasional 2022. Elvian menyebutkan mahasiswa Unmuh Babel sekaligus sebagai calon pendidik, calon guru, perlu menanamkan dalam jiwa dan diri untuk selalu berupaya melestarikan kebudayaan daerah sebagai jatidiri. “Salah satu kebudayaan daerah itu juga adalah menjaga bahasa daerah (bahasa ibu) Bangka Belitung dari ambang kepunahan. Masifnya arus perubahan di era globalisasi juga bisa menggerus eksistensi bahasa ibu Bangka Belitung,” paparnya.
Sekretaris Dewan (Setwan) DPRD Kota Pangkalpinang ini juga menyebut bahwa punahnya bahasa ibu bisa disebabkan pertama, karena adanya intervensi dari bahasa daerah lain maupun intervensi dari bahasa asing. Hal ini berpotensi membuat dialek bahasa ibu berubah. Kedua, karena bahasa daerah itu juga tidak dijadikan sebagai bahasa resmi, bahkan di sekolah guru atau siswa saja tidak boleh menggunakan bahasa daerah Bangka Belitung. Padahal tidak seperti itu kebijakannya dan seharusnya bahasa daerah itu dijadikan sebagai bahasa resmi di daerah tersebut. Apalagi mahasiswa Unmuh Babel ini nantinya juga akan mengajar ke sekolah-sekolah.
Terpisah, General Manager (GM) Harian Pagi Babel Pos, Faizal didampingi Kabag Pemasaran Babel Pos, Iwan Subrata juga berbagi pengetahuan tentang dunia jurnalistik, peluang, dan tantangannya di era globalisasi. Ia menyebut, bahwa tak bisa dipungkiri di era serba digital saat ini, penyebaran hoaks begitu masif terjadi. Hal ini merupakan salah satu problem bagi masyarakat media dan pemerintah. Disinilah peran media tetap harus hadir sebagai penjernih hoaks yang beredar tersebut. Media arus utama (Mainstream media, MSM) harus mampu membutikan sebagai menjadi perusahaan media massa yang mampu melahirkan sumber-sumber arus utama secara profesional dan tetap menjaga independensinya. Hal ini juga menjadi salah satu upaya bagi perusahaan media resmi untuk menjawab keluhan masyarakat akibat media-media “alternatif” yang tidak independent. []Unmuh Babel/Diktilitbang