Majelis Pendidikan, Penelitian, dan Pengembangan PPM memulai serial Diskusi Diseminasi Penelitian Hibah RisetMu di tahun 2023 ini. Pada seri pertama, topik besar yakni “Al Islam dan Kemuhammadiyahan” yang menghadirkan Dr Solihul Huda MFil dari UM Surabaya, Anang Masduki MA dari Universitas Ahmad Dahlan, dan M Subhi Aprianto Lc MH dari UM Surakarta. Dr Dra Tri Yuni Hendrowati MPd turut hadir sebagai panelis dan Luqman Hakim sebagai moderator.
Wakil Ketua Majelis Diktilitbang PPM, Prof Dr Khudzaifah Dimyati turut hadir untuk memberikan sambutan. Ia menegaskan semangat RisetMu sebagai ikhtiar Majelis untuk mengangkat penelitian-penelitian dosen PTMA yang nantinya dapat berdampak pada perbaikan akreditasi PTMA. “Harapannya, kehadiran RisetMu dan Serial Hibah Penelitian ini bisa menjadi solusi untuk meningkatkan etos kerja para dosen dalam bidang penelitian,” ujarnya.
Penelitian Hibah RisetMu “Al Islam dan Kemuhammadiyahan”
Pertama, M Subhi Aprianto Lc MH mendiseminasikan penelitiannya yang berjudul “Analisis Bibliometrik terhadap Peta Perkembangan dan Arah Penelitian Muhammadiyah pada Database Scopus”. Subhi Aprianto menyampaikan, urgensi dari penelitian ini adalah untuk memberikan pemaparan data Scopus sehingga diperoleh beberapa aspek. Aspek tersebut di antaranya demografi penelitian, afiliasi paling berpengaruh, sumber yang paling banyak mendapat sitasi, dan penulis pertama paling produktif. “Misalnya, dalam detail demografis, jadi terungkap bahwa sebagian besar penelitian berlangsung di Indonesia dan Malaysia,” jelasnya.
Kedua, Anang Masduki MA menyebutkan judul buku berjudul Ngenger: Dari Komunikasi antar Budaya menuju Transformasi Ideologi sebagai inti presentasinya yang berjudul “Paradigma Islam Autentik”. Poin menarik dari Anang adalah adanya spirit tajdid dalam moderasi islam autentik. “Mereka melakukan purifikasi dengan membangun sintesa antara nilai agama dan kebudayaan tanpa merusak akidah,” ujarnya.
Ketiga, Dr Solihul Huda MFil menyampaikan tentang hasil pengamatannya terhadap media sosial. Dua hal tentang media sosial yang Dr Solihul soroti adalah kekhawatiran akan informasi yang tidak faktual dan kemungkinan media sosial menjadi alat penyebaran ideologi sosial keagamaan, baik liberal, radikal, maupun moderat. “Ini merespons perkembangan dunia yang serbadigital di masyarakat, termasuk dalam kegiatan keagamaan seperti dakwah. Hal tersebut menjadi latar belakang terbentuknya dakwah digital Muhammadiyah,” paparnya. Luaran riset Dr Solihul adalah sebuah buku berjudul Dakwah Digital Muhammadiyah: Pola Baru Dakwah Era Disrupsi.
Serial ini terlaksana pada Senin (27/3) dan akan berlanjut melalui siaran secara langsung di kanal YouTube Majelis.