Pengangkatan Riyanto Jadi Kaprodi MAP

“Kehadiran Pak Riyanto sebagai Ketua Program Studi (Kaprodi) Magister Administrasi Pendidikan (MAP) diharapkan bisa membawa Program Pascasarjana UM Metro lebih kuat dan berkemajuan,” terang Wakil Rektor II Suyanto, MSi, Akt, CA, ACPA, CRA, setelah menyerahkan SK pengangkatan, Kamis (12/3). Berlangsung di Ruang Rapat Gedung Rektorat kampus setempat, Dr. Riyanto, M.M mendapat amanah untuk menjabat Kaprodi MAP UM Metro. Sebelumnya, jabatan tersebut dipegang oleh Prof Dr Juhri AM, MPd.

Dalam sambutannya, Suyanto berharap agar jabatan Kaprodi MAP dijalankan secara amanah. Tak hanya itu, WR II UM Metro ini juga menyampaikan pesan kepada semuanya agar profesional dengan tidak mencampuradukkan urusan pribadi dengan urusan lembaga sehingga bisa berlaku adil dalam setiap mengambil keputusan. Hal tersebut diamini oleh Ketua BPH UM Metro Drs. H. Masnuni M Ro’i, M.Pd. Menurutnya para pejabat harus fokus agar pekerjaannya dapat diselesaikan dengan baik.

Drs. Masnuni juga mengingatkan dengan menjadi pejabat di Amal Usaha Muhammadiyah merupakan salah satu pengabdian kepada Muhammadiyah. “Ini adalah lahan pengabdian kita, mudah-mudahan bisa menjadi seperti di muqaddimah Muhammadiyah, dengan bermuhammadiyah kita bisa meraih jannah–Nya. Sehingga apa yang kita kerjakan, semuanya bermuara hanya untuk meraih ridho-Nya,” imbaunya.

60 Mahasiswa Magister Keperawatan UMY Siap Praktik Klinik di 5 Negara

Sebanyak 60 mahasiswa Program Studi Magister Keperawatan akan melakukan praktik klinik yang tersebar di 5 negara. Ke-59 mahasiswa tersebut terbagi ke dalam lima kelompok sesuai penempatan negaranya. Memasuki tahun keenam ini, sebanyak 15 mahasiswa akan melakukan praktik di Guang Xi Medical University China, 20 orang di Angeles University Foundation dan Cebu Normal University Filiphina, 5 orang di Changhua Christian Hospital Taiwan, 10 orang di International Islamic University Malaysia dan 10 di Ubon Ratchathani University Thailand.

Hal tersebut dikatakan oleh Fitri Arofiati, S.Kep., Ns., MAN., Ph.D selaku Kepala Program studi Magister Keperawatan dalam sambutannya pada acara “Pelepasan International Experience Nursing Education and Medical Surgical Nursing Practice” pada Rabu (5/10) di Ruang Amphiteater lt.4 gedung Pascasarjana UMY. Ini juga merupakan kelanjutan dari Magister Keperawatan UMY yang telah sukses memberangkatkan mahasiswanya ke empat negara pada tahun sebelumnya.

Fitri melanjutkan, bahwa program ini bertujuan untuk mengembangkan skill para mahasiswa sehingga bermanfaat bagi profesi perawat. “Program ini memang sudah ada di kurikulum sejak awal berdirinya Magister Keperawatan. Kita kembangkan menjadi tidak hanya fokus pada satu negara, melainkan lebih dari satu negara. Untuk tahun ini kita mengirimkan ke 5 negara. Kami mencoba berkontribusi dalam pengembangan skill mahasiswa untuk bisa mencari pengalaman di luar negeri. Mudah-mudahan kegiatan ini bisa memberikan andil dalam profesi keperawatan,”tuturnya.

Lebih lanjut dia menambahkan bahwa program ini lahir atas kesadaran akan globalisasi yang harus dikuti. “Sudah saatnya kita sadar akan globalisasi yang telah ada di depan mata. Seperti sebagaimana yang tercantum dalam Al-Qur’an. Iqro’ yang berarti membaca, yang bisa kita tarik ke bahasa umum yaitu membaca untuk belajar. Semangat itulah yang menginisiasi program ini agar kita bisa terus belajar, terus menggali pengalaman bahkan sampai ke luar negeri,”paparnya.

Sementara itu, Rektor UMY Prof. Dr. Bambang Cipto, M.A yang hadir dan melepas secara resmi ke 60 mahasiswa tersebut turut mengapresiasi langkah yang dicapai Program studi Magister Keperawatan. “Saya mengapresiasi langkah yang telah dilakukan. Suatu terobosan yang baik bagi program yang sudah berjalan selama 6 tahun ini. M Kep juga merupakan satu-satunya program studi magister yang mewajibkan mahasiswanya untuk praktik di luar negeri, “ungkapnya.

Prof. Bambang berharap selama sebulan di sana, para mahasiswa dapat memanfaatkan waktu dengan baik untuk belajar dan setelah kembalinya dari sana dapat berbagi pengetahuan dan pengalaman yang bermanfaat. “Kami berharap selama sebulan tersebut adik-adik mahasiswa sekalian dapat benar-benar mempelajari budaya di sana. Semoga tiba di sana dengan selamat, bisa mengemban tugas dan kembali dengan selamat pula sehingga memberi manfaat,” tutupnya. (bagas)

Sumber : www.umy.ac.id

MMR UMY Selenggarakan Pelatihan Aktivasi Code Blue

Peristiwa meninggalnya Yani Libels di Bandara Soekarno Hatta beberapa hari yang lalu, akan menjadi pelajaran bagi banyak orang, terlebih lagi tenaga medis. Pasalnya kasus yang dialami Yani Libels tersebut juga sering ditemui pada pasien-pasien di rumah sakit, dikarenakan pasien yang tiba-tiba mengalami serangan jantung hingga akhirnya nyawanya pun tak tertolong. Namun hingga saat ini, tim medis khusus yang bisa menangani kondisi mendesak seperti tersebut masih sangat jarang, belum lagi keterampilannya yang juga belum baik.

Karena itulah, berlatar belakang permasalahan tersebut, Magister Manajemen Rumah Sakit, Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) menyelenggarakan Pelatihan Aktivasi Code Blue. Pelatihan yang diselenggarakan selama dua hari sejak Sabtu (28/3) hingga Minggu (29/3) di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping, Yogyakarta ini diikuti oleh semua mahasiswa MMR UMY, Manajer Klinik yang juga merupakan dokter atau perawat dari Rumah Sakit mitra UMY serta beberapa rumah sakit umum dan daerah di Indonesia.

Menurut Ketua Prodi MMR Pascasarjana UMY, dr. Erwin Santosa, Sp.A., M.Kes, Code Blue tersebut merupakan suatu tim yang dibentuk oleh setiap rumah sakit untuk menangani pasien yang tiba-tiba mengalami serangan jantung. Mereka pun harus berusaha menyelematkan pasien yang mengalami serangan jantung secara tiba-tiba tersebut dalam waktu kurang dari enam menit. “Dalam tim Code Blue ini ada Tim Primer dan Tim Sekunder. Tim Primer dari mulai satpam, tukang sapu, perawat, hingga dokter harus juga bisa memiliki pengetahuan bagaimana menghadapi dan menyelematkan pasien yang mengalami serangan jantung tiba-tiba, atau yang kami sebut sebagai Bantuan Hidup Dasar (BHD). Barulah kemudian Tim Sekunder yang tak lain merupakan tim khusus dari dokter dan perawat yang lebih profesional dan ahli melakukan penanganan lanjutan, atau Bantuan Hidup Lanjutan (BHL),” jelasnya.

Bantuan Hidup Dasar (BHD) yang bisa diberikan tersebut seperti, kompresi dada. Sementara untuk BHL yang dilakukan oleh personel atau tim yang lebih terlatih, dilakukan dengan cara menggunakan alat bantu peralatan, alat bantu napas tingkat lanjut dan obat-obatan yang bersifat mendukung atau memicu jantung agar bisa berdenyut lagi.

dr. Erwin juga mengatakan bahwa pihaknya menyelenggarakan pelatihan tersebut, di samping untuk memberikan pelajaran secara nyata kepada mahasiswanya, juga untuk memberikan masukan bagi rumah sakit-rumah sakit lain yang belum paham mengenai Code Blue. “Jadi kita tidak hanya tahu teorinya, tapi juga bisa belajar untuk mempraktekkannya. Jadi diharapkan nantinya, tidak akan ada lagi rumah sakit yang belum memiliki tim Code Blue, dan tidak bisa menangani pasien yang mengalami serangan jantung,” ujarnya.

Sementara itu, dr. Nahar Taufiq, KSM Jantung RSUD dr. Sardjito, Yogyakarta saat memaparkan materinya mengenai Strategi Pencegahan Henti Jantung dan Aktivasi Code Blue mengatakan, idealnya Code Blue memang memiliki tim khusus yang bertugas sebagai tim Bantuan Hidup Lanjut (BHL). Tim ini pun bisa dimasukkan dalam shift-shif jaga tenaga medis, agar ketika sewakt-waktu ada pasien yang mengalami serangan jantung mendadak dapat segera ditangani dengan cepat dan baik. “Kalau pun ingin memanggil tim khusus code blue tersebut, rumah sakit juga harus menyepakati mau seperti apa kodenya. Apakah 119, 118, atau 117. Selain itu, bahasa yang digunakan oleh pelapor mengenai kondisi pasien yang mendadak mendapat serangan jantung itu juga harus lugas, agar bisa cepat ditangani,” paparnya.

untuk membeikan pemahaman yang lebih menyeluruh pada peserta, dr. Nahar juga telah membawa Tim Code Blue dari RSUD dr. Sardjito. Tim inilah yang kemudian mengajarkan pada peserta bagaimana cara menangani pasien yang mengalami serangan jantung dengan baik agar bisa terselamatkan dalam waktu kurang dari enam menit. (sakinah)

Sumber : UMY.AC.ID