Sikapi problem sosial, fakultas psikologi Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP) adakan seminar nasonal psikologi indigenous bertajuk “Mengatasi Problem Sosial Berbasis Kearifan Lokal, Menuju SDM yang Berkualitas” di aula Ak Anshori, kantor pusat UMP, sabtu (6/5). Ketua panitia, Suwarti, SPsi, MSi mengatakan acara ini sekaligus juga bertujuan untuk publikasi hasil penelitian baik itu kajian dari dosen atau mahasiswa. Senada dengan Suwarti, Dekan fakultas psikologi UMP, Nur’aeni SPsi, MSi memastikan, fakultas psikologi UMP memegang teguh komitmen untuk menjadi lembaga pendidikan yang unggul, berorientasi pada pemberdayaan individu dan masyarakat dengan mengedepankan nilai-nilai Islami. “Hal ini sesuai dengan tugas dan kewajiban dosen yaitu melaksanakan tri dharma perguruan tinggi terutama dharma yang kedua yaitu penelitian,” katanya.
Acara ini dihadiri 3 pembicara yaitu dr. Budhi Setiawan (Wakil Bupati Banyumas), Silvy Dewayani, SPsi, MSi (dosen fakultas psikologi UGM), dan Yudi Suharsono, SPsi, MSi (dosen fakultas psikologi UMM). Total peserta hampir mencapai 300 orang yang berasal dari berbagai latar belakang mulai dari mahasiswa, akademisi, praktisi, guru dan lainnya. Rektor UMP, Dr. H. Syamsuhadi Irsyad, MH menyambut baik acara ini. Menurutnya, seminar ini mampu mengupas lebih dalam berbagai hal dan memunculkan pemikiran yang dapat membantu penelitian dari masing-masing pihak. Rektor berharap kegiatan ini tidak hanya berhenti pada diskusi materi saja tetapi juga mampu memberikan solusi. Acara dimulai dengan pagelaran tari miyang yang dilakukan oleh mahasiswa fakultas psikologi, penampilan mereka berhasil memukau penonton dengan baik.
Pemateri pertama, dr. Budhi Setiawan lebih menekankan tentang situasi kesehatan ibu dan anak di Kabupaten Banyumas. Dalam paparannya, Budhi menjelaskan secara detail mulai dari para pelaku utama dalam sistem pelayanan KIA di Kabupaten Banyumas, analisis kematian ibu hingga pada rencana aksi percepatan penurunan AKI Kabupaten Banyumas. Rencana aksi tersebut terdiri dari beberapa program seperti penyuluhan gizi dan PMT ibu hamil dan kespro remaja, peningkatan kompetensi nakes dalam kualitas ANC terintegrasi, monev KIA (pendampingan kompetensi bidan desa), penyuluhan KB oleh nakes dan PLKB, dukungan keluarga dan masyarakat, peningkatan kemudahan akses pelayanan KB, optimalisasi kelas ibu bapak, pembentukan FMM di 27 kecamatan, pemantapan POKJATAB kecamatan sayang ibu hingga pada peningkatan komitmen camat dan kepala desan melalui pertemuan perkresidenan terkait AKI.
Pembicara kedua, Silvy Dewayani, SPsi, MSi mengangkat tema membangun wajah negeri yang sumringah melalui pendidikan yang berkarakter dan bermartabat. Silvy menjelaskan, implementasi dari amandemen UUD 1945 dimaknai berkebalikan dalam UU SISDIKNAS tahun 2003 yang hampir semua pasalnya mengenai pengelolaan pendidikan banyak dibebankan dan diamanahkan pada masyarakat. “Pendidikan yang menjadi cita-cita luhur bangsa kita semenjak 1945 semakin terombang ambing dalam ketidakjelasan model pengelolaan,” katanya. Dalam upayanya memikirkan besarnya tantangan pendidikan berkarakter dan bermartabat, Silvy mengusulkan beberapa hal untuk menjawab tantangan tersebut. Pertama, dibutuhkannya pendidikan yang menyeluruh dari aspek kognitif, psikomotor dan afeksi. Kedua, menjadi guru dan dosen perlu ada persiapan dan sekolahnya. Ketiga, kesinambungan dan triangulasi antara keluarga, sekolah dan masyarakat. Keempat, berani menjadi dan mempertahankan karakter bangsa yang unik dan asli. “Masih panjang jalan cerita pendidikan kita menuju kualitas yang mampu bersaing. Namun yang pasti tidak ada satupun yang boleh berhenti dalam berjuang,” imbuhnya. Pembicara ketiga, Yudi Suahrsono, SPsi, MSi lebih menitikberatkan pada pentingnya meningkatkan kualitas SDM dalam menghadapi persaingan bebas ASEAN. Usai paparan materi, acara dilanjutkan dengan sesi paralel yang melibatkan artikel penelitian dari berbagai institusi. (Pra)
Sumber : UMP